Hidayatullah.com– Sejumlah warga yang membawa sekop melemparkan lumpur dan ucapan caci-maki ke arah Raja dan Ratu Spanyol ratu Spanyol, pada hari Ahad (3/11/2024), saat mereka mengunjungi salah satu lokasi bencana banjir dahsyat di Valencia, yang merenggut nyawa sedikitnya 217 orang dan banyak lainnya yang masih dinyatakan hilang.
“Keluar! Keluar!” dan “Pembunuh!” merupakan sedikit dari banyak ujaran kemarahan dan caci-maki yang diucapkan masyarakat di Paiporta ke arah Raja Felipe VI dan istrinya Ratu Letizia, yang terpaksa berlindung di balik payung dan para pengawalnya.
Lumpur mengenai wajah dan pakaian raja dan ratu dan para pengawalnya saat mereka berusaha menenangkan kerumunan yang marah, lansir RFI.
Usai kunjungan tersebut, Raja Felipe mengatakan bahwa Spanyol harus memahami kemarahan dan frustrasi masyarakat yang terkena dampak banjir.
Dalam rekaman video yang dirilis lewat media sosial, dia mengajak masyarakat untuk memberikan dukungan kepara para korban. “Kita perlu memberi mereka harapan dan jaminan bahwa negara hadir secara utuh,” ujar Raja Felipe.
Pada hari Selasa 29 Oktober air yang setara dengan curah hujan satu tahun turun dari langit selama delapan jam di bagian timur Spanyol, memutus jalan dan jembatan, serta rel kereta dan aliran listrik, menghanyutkan ribuan kendaraan yang menumpuk di banyak titik seperti mainan.
Perdana Menteri Pedro Sanchez juga terpaksa mempersingkat waktu kunjungannya disebabkan munculnya kemarahan rakyat, yang menganggap pemerintah tidak tanggap dalam mengantisipasi bencana dan lambat bertindak memberikan pertolongan sesudah bencana terjadi.
Pada hari Sabtu (2/11/2024), PM Sanchez memerintahkan pengerahan 10.000 tentara dan polisi tambahan ke wilayah tersebut untuk membantu operasi penyelamatan dan pembersihan.
“Saya ingin menyampaikan seluruh solidaritas pemerintah saya dan pengakuannya atas kesedihan, penderitaan, ketidakpastian, dan kebutuhan warga Paiporta dan wilayah Valencia,” kata Sánchez.
Sementara itu, Kepala Daerah Valencia Carloz Mazon lewat media sosial berkata, “Saya memahami kemarahan itu dan, tentu saja, saya di sini untuk menerimanya.”
“Ini adalah kewajiban politik dan moral saya,” imbuhnya.
Namun, meskipun aliran listrik sudah pulih di banyak rumah, ribuan orang masih belum memiliki air minum selama hampir sepekan setelah banjir melanda.*