Hidayatullah.com – Aksi boikot yang dilakukan masyarakat pro-Palestina membuat Starbucks Malaysia mengalami penurunan tajam penjualan, menurut laporan bank.
Maybank, bank terbesar Malaysia, memperingatkan bahwa perusahaan kopi ini menghadapi penurunan penjualan jangka panjang, yang didasari kemarahan konsumen atas hubungannya dengan ‘Israel’ dan AS.
Meskipun Starbucks tidak secara resmi masuk dalam daftar Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS) Malaysia, para analis dari Maybank Investment Bank berpendapat bahwa merek ini mungkin akan kehilangan daya tariknya secara permanen.
Mereka memproyeksikan Berjaya Food Berhad (BFood), pemegang lisensi lokal Starbucks Malaysia, akan mengalami kerugian hingga RM65 juta (US$14,5 juta) pada akhir tahun ini.
Perkiraan laba untuk dua tahun ke depan juga dipangkas hingga 15 persen.
BFood baru-baru ini melaporkan kerugian sebelum pajak sebesar RM31,82 juta (US$7,1 juta) untuk kuartal terakhirnya, kerugian kuartalan keempat secara berturut-turut.
Pendapatan anjlok lebih dari 50 persen dari tahun ke tahun, turun menjadi RM124,19 juta (US$28 juta).
Saham BFood, yang sangat bergantung pada pendapatan Starbucks, telah turun hampir 37 persen tahun ini.
Menurut surat kabar Malaysia, Malay Mail, BFood sejak itu berfokus pada pengembangan merek-merek lain, seperti Paris Baguette dan Krispy Kreme Doughnuts untuk menanggulangi penurunan penjualan Starbucks.
Namun, para analis Maybank memperingatkan bahwa diversifikasi pendapatan yang signifikan akan membutuhkan waktu karena ketergantungan perusahaan pada Starbucks.
Boikot ini memaksa Starbucks Malaysia untuk menutup sementara 50 dari 408 gerainya – sekitar satu dari delapan gerai.
Pengeluaran konsumen telah bergeser ke merek kopi saingan meskipun Starbucks dimiliki secara lokal dan mempekerjakan lebih dari 5.000 orang Malaysia.
Penurunan ini terjadi dengan latar belakang perang Israel yang sedang berlangsung di Gaza-yang telah menewaskan hampir 44.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 104.000 orang sejak Oktober 2023.
BDS Malaysia belum mengkonfirmasi sikapnya terhadap Starbucks.
Boikot terhadap Starbucks sejalan dengan aksi konsumen yang lebih luas terhadap merek-merek yang dianggap terkait dengan ‘Israel’.
Di Indonesia, boikot pro-Palestina serupa telah menyasar KFC, yang mengakibatkan penutupan gerai dan kerugian finansial yang signifikan.
BDS, yang diluncurkan pada tahun 2005, adalah gerakan non-kekerasan yang dipimpin oleh Palestina yang mengadvokasi pemboikotan, divestasi, dan sanksi terhadap ‘Israel’.
Lonjakan boikot konsumen baru-baru ini terjadi setelah serangan ‘Israe’l yang semakin intensif di Gaza, dengan merek-merek seperti Starbucks, McDonald’s, dan KFC menghadapi reaksi keras dan dampak finansial yang besar. *