Hidayatullah.com– Bangladesh memulihkan perdagangan langsung dengan Pakistan untuk pertama kalinya sejak negara itu merdeka pada 1971 atau lebih dari 20 tahun silam.
Perdagangan perdana itu ditandai dengan pengiriman pertama dari total 50.000 ton beras ke Bangladesh yang diberangkatkan dari pelabuhan Port Qasim berdasarkan kesepakatan pemerintah dengan pemerintah, kata para pejabat seperti dilansir Reuters Senin (24/2/2025).
Kesepakatan tersebut merupakan buah dari perbaikan hubungan diplomatik sejak pemerintah di Bangladesh yang dipimpin Muhammad Yunus mengambil peran sebagai perdana menteri, setelah aksi unjuk rasa besar-besaran oleh rakyat yang dimotori mahasiswa memaksa Sheikh Hasina turun dari jabatannya dan melarikan diri ke India.
Sebelumnya dikenal sebagai Pakistan Timur, Bangladesh melepaskan diri dari Pakistan dan menjadi negara merdeka setelah peperangan selama sembilan bulan.
Kesepakatan baru di antara kedua negara bertetangga itu, yang dirampungkan pada awal bulan ini, menyepakati pembelian beras oleh Bangladesh dari Pakistan dengan harga $499 per ton melalui Trading Corporation of Pakistan. Pengiriman akan dilakukan dua tahap, dengan sisa 25.000 ton rencananya akan dikirim pada awal Maret.
Namun, harga itu sebenarnya lebih tinggi daripada beras impor dari Vietnam, yang didapat Bangladesh dengan harga $474,25 per ton.
Pemerintah Bangladesh kesulitan menstabilkan pasar beras, yang mengalami kenaikan harga 15-20% kurun beberapa bulan terakhir, dengan beras kualitas medium dijual seharga sekitar 80 taka ($0,66) per kilogram.
Guna mengendalikan harga, pemerintah Bangladesh mengimpor lebih banyak beras dari pasar internasional, termasuk dengan cara tender, dan menghapus pajak impor.*