Hidayatullah.com – China telah memberikan dukungan logistik dan intelijen kepada Pakistan secara langsung selama konflik bersenjata selama 15 hari terakhir dengan India, menurut laporan Bloomberg pada Senin (19/05/2025).
Menurut Ashok Kumar, direktur jenderal Pusat Studi Perang Gabungan (CENJOWS), kelompok penelitian di bawah Kementerian Pertahanan India, China membantu Pakistan mengatur ulang sistem radar dan jangkauan satelitnya untuk melacak pergerakan pasukan dan penempatan militer dengan lebih baik.
Dukungan itu dilaporkan terjadi pada beberapa hari setelah pembantaian 22 April di Kashmir yang dikelola India, yang menewaskan 27 wisatawan India dan memicu pertempuran terburuk antara kedua negara dalam 40 tahun terakhir.
“Itu membantu mereka untuk menyebarkan kembali radar pertahanan udara mereka sehingga tindakan apa pun yang kami lakukan dari rute udara diketahui oleh mereka,” kata Kumar.
Ia mencatat bahwa bantuan China membuat pasukan Pakistan lebih responsif selama konflik.
Meskipun pemerintah India belum secara terbuka mengonfirmasi keterlibatan China, pernyataan Kumar menunjukkan bahwa peran Beijing jauh dari hanya sekedar menjual senjata, namun juga dukungan medan perang secara langsung.
Pakistan mengakui telah menggunakan perangkat keras militer yang dipasok China, termasuk jet tempur J-10C dan rudal udara-ke-udara PL-15, dalam konflik tersebut. Namun, Pakistan belum mengonfirmasi penerimaan bantuan satelit atau radar.
Konflik yang meletus menjadi serangan udara, serangan drone, dan artileri pada awal Mei itu berakhir dengan gencatan senjata pada 10 Mei – sebuah kesepakatan yang diklaim sebagai penengah oleh Presiden AS Donald Trump, meskipun India menegaskan bahwa kesepakatan itu dinegosiasikan secara bilateral. Ketegangan tetap tinggi saat Wakil Perdana Menteri Pakistan Ishaq Dar bersiap mengunjungi Beijing untuk membahas keamanan masa depan kawasan itu.
China menghindari berkomentar langsung tentang keterlibatannya. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Mao Ning menegaskan kembali seruan Beijing untuk perdamaian, dengan mengatakan Tiongkok “berpegang pada sikap yang objektif dan adil.” Namun, Kumar berpendapat bahwa Beijing menggunakan konflik itu sebagai tempat uji coba bagi sistem militernya, dengan mengklaim bahwa sistem China “gagal total” dalam beberapa kasus.
Insiden itu telah memperkuat pergeseran India ke arah perencanaan perang dua front. “Apa pun yang dilakukan Tiongkok hari ini dapat dianggap dilakukan Pakistan besok,” Kumar memperingatkan. “India sekarang memperhitungkan situasi dua front dalam hampir semua perhitungannya.”
Tiongkok mengatakan bahwa pihaknya mengupayakan hubungan baik dengan India dan mendukung perdamaian antara New Delhi dan Islamabad. Pada tanggal 28 April, Guo Jiakun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, mengatakan dalam jumpa pers bahwa “baik India maupun Pakistan merupakan negara penting di Asia Selatan. Hidup berdampingan secara harmonis sangat penting bagi perdamaian, stabilitas, dan pembangunan kawasan. Sebagai tetangga kedua negara, Tiongkok mengimbau kedua pihak untuk menahan diri, menyelesaikan perbedaan melalui dialog, dan bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.”
Ketika ditanya secara khusus tentang usulan Pakistan untuk penyelidikan netral atas pembunuhan wisatawan di Kashmir, ia mengatakan bahwa “Tiongkok menyambut semua tindakan yang akan membantu meredakan situasi saat ini dan mendukung pelaksanaan penyelidikan yang adil dan jujur sedini mungkin.”