Hidayatullah.com–Bertempat di “Al-Ghozali Lecture Room Gedung Kulliyah of Islamic Revealed Knowledge (IRK), International Islamic University Malaysia (IIUM) Senin, (23/04/2012) kemarin, peneliti INSISTS, Dr. Syamsuddin Arif menyampaikan kuliah umum “Genealogi dan Sejarah Pemikiran Barat” di hadapan puluhan mahasiswa/i Indonesia yang belajar di tiga perguruan tinggi berbeda (IIUM, Universti Malaya (UM) dan Centre for Advanced Studies on Islam Science and Civilisation (CASIS)-Universiti Teknologi Malaysia (UTM)).
Pada kuliah umum seri kesatu dari tiga seri yang diselanggarakan Islamic Studies Forum for Indonesia (ISFI) tersebut, pria yang menjabat sebagai dosen General Studies di IIUM dan penasehat ISFI menyampaikan makalah bertajuk “Alam Pemikiran Barat: Dari Renaissans hingga Postmodernisme.”
Dalam makalah perdananya itu, ia memaparkan dua periode sejarah pemikiran Barat.
Pertama, periode ‘Kelahiran Manusia-Manusia Baru’ (1300-1500 Masehi),
Kedua, periode Melawan Tirani Gereja (1500-1700 Masehi).
Dalam paparanya, ia menjelaskan, Francesco Petrarch (1304-1374) seorang cendekiawan dari Itali yang pertama kali membagi sejarah Barat ke dalam tiga babak: (Zaman Purba, Zaman Tengah dan Zaman Baru).
“Zaman Purba berakhir ketika Roma berhasil direbut oleh Visigoth (suku bangsa Jermanik) pada tahun 410 Masehi. Zaman Tengah atau disebut dengan ‘Zaman Kegelapan’, terhitung sejak abad kelima hingga keempatbelas. Sedangkan ‘Zaman Baru’ atau disebut dengan ‘Zaman Kelahiran Semula’ (rinascità).”
Dalam paparannya, ia juga menjelaskan tentang pendapat para ahli tentang tidak adanya definisi yang pasti tentang ‘renaissance’.
Dalam paparannya yang menarik, alumni KMI PP Darussalam Gontor Ponorogo ini juga mengulas tradisi intelektual Kristen abad pertengahan berupaya kembalinya peradaban Eropa kuno dari zaman pra-Kristen , Periode Melawan Tirani Gereja yang dimulai dengan sebuah peristiwa di suatu petang hari pada musim gugur tanggal 31 Oktober 1517 yang terjadi di pelataran kota Wittenberg, hingga tiga unsur penting yang memengaruhi dan membentuk pemikiran Martin Luther (1483-1546).
“Pengaruh paham fides quaerens intellectum (percaya dahulu, mengerti kemudian) ini terlihat pada doktrin Luther tentang hubungan antara rasio dan agama, antara akal dan wahyu, di mana ia cenderung mengedepankan keimanan ketimbang logika,” ujarnya.
Yang jelas, kuliah dari Dr. Syamsuddin Arif tentang asal-usul dan sejarah pemikiran Barat ini banyak diminati mahasiswa. Ke depan, kuliah seri kedua dan ketiga akan segera menyusul.*/Abdullah al-Mustofa, koresponden hidayatullah.com di Malaysia