Hidayatullah.com–AlhamduliLlah. Setelah berkendara sekitar 3 jam, melewati dua pegunungan, satu danau dan pesisir pantai nan panjang, akhirnya relawan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) tiba di Bukit Tinggi.
Tapi ini bukan Bukit Tinggi di Sumatera, melainkan Desa Bukit Tinggi Kecamatan Kakas Barat Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Di desa ini terdapat 82 KK Muslim, yang terdiri dari 300-an jiwa, 32 diantaranya muallaf. Hampir seluruhnya bekerja sebagai nelayan, dan hampir setengahnya membutuhkan bantuan. Pekerjaan sebagai nelayan membuat penghasilan mereka bergantung pada kondisi cuaca.
Sebagaimana siang ini Ahad (03/07/2016), hampir seluruhnya tiada yang melaut akibat ombak besar dan angin kencang.
Satu perahu bahkan sudah ada yang tenggelam, ketika ditambat ditepian, disapu badai.
“Ini adalah kunjungan BMH yang pertama kali. Mendapat informasi dari donatur tentang perkampungan Muslim di tengah daerah Nasrani, yang kondisi ekonomi dan spiritualnya memprihatinkan,” ungkap Samsul Arifin GM BMH Perwakilan Sulawesi Utara.
“Karena itulah kami datang membawa bingkisan lebaran, mukena dan Al-Qur’an. Beberapa ibu datang menjadi perwakilan. Bukan saja untuk menerima apa yang menjadi hak mereka, akan tetapi juga mendengar informasi yang bisa jadi mereka tunggu-tunggu,” imbuhnya.
Dalam kunjungan ini, BMH bersepakat untuk memberikan bea siswa penuh kepada anak-anak dari Bukit Tinggi yang disekolahkan di sekolah-sekolah Hidayatullah.
“Kami menyelenggarakan pelatihan membaca Al Qur’an Metode Grand MBA, 8 Jam BISA baca Al Qur’an, utamanya untuk para muallaf,” ungkap Arifin.
Setelah beberapa saat, kami pun undur diri. Dan tipikal orang kampung, ia tak mau sekadar menerima, mereka juga ingin berbagi.
“Ikan Kerapu dan Kakap sebesar betis menjadi oleh-oleh buat kami. Sebelum naik mobil kami bertanya adakah jalan lain yang bisa kami tempuh selain jalan yang tadi kami lalui. Jawabnya ternyata tidak ada,” tutur Arifin.
“Kami harus pulang melewati jalan berkelok, terkadang matahari di kanan, lalu pindah ke kiri. Menaiki tanjakan tajam yang membuat mobil kami menjerit-jerit.
AlhamduliLlah. Sambutan mereka membuat kami bersemangat. InsyaAllah, usai Idul Fitri kami kembali. Menyambung amanah dan kepedulian ummat, untuk saudaranya di pelosok negeri,” pungkas Arifin.*/Imam Nawawi