Hidayatullah.com— Hari Sabtu, (11/02/2017), akhirnya Allah memperkenankan saya mengikuti acara “Tausiyah dan Dzikir Nasional 112”. Acara mengingatkan kembali Aksi Damai Bela Islam bulan 4 Nopember 2016 (Aksi 411) atau akai bulan 02 Desember 2017 (Aksi 212).
Sebagaimana dua aksi terdahulu, dalam acara ini, antusiasme umat Islam tetaplah sama. Seolah kegembiraan umat Islam menghadiri Aksi 112 terus bergelombang dan tak terbendung.
Menariknya, aksi yang berlangsung di tengah curah hujan yang bisa dikatakan tak terduga tersebut, antusiasme umat dalam mengikuti aksi sangatlah menggembirakan.
Terbukti tak satu pun anak kecil yang ikut aksi menangis karena desak-desakan. Malah sebagian orang tua sangat nyaman berlalu-lalang di sekitaran Masjid Istiqlal sembari membawa anak dan putra-putrinya.
Habib Rizieq Shihab Hadir, Massa 112 Membludak Hingga ke Luar Istiqlal
Sebagian lain justru merasa gembira setiap kali hujan mengguyur Istiqlal dan sekitarnya. Sebuah keluarga terlihat antusias memasangkan jas hujan untuk anak lelakinya saat hujan mengguyur.

Suasana tolong-menolong juga terjadi di beberapa titik lintas jama’ah Aksi 112, terutama di halte busway. Selalu ada orang yang merelakan diri berdiri menyambut jama’ah yang akan menyeberang dengan menawarkan pundaknya.
“Pegang pundak, pegang pundak, kalau mau turun,” teriaknya yang langsung satu persatu peserta aksi mengikuti intruksi tersebut.
Jika ada anak-anak, tak segan relawan itu langsung menyambutnya dengan menggendongya.
Seperti aksi-aksi sebelumnya, juga tetap ada pasukan kebersihan. Saya menyaksikan dua wanita bergerilya menawarkan jasa tempat sampah bagi para peserta aksi, agar sekitaran Masjid Istiqlal tetap terjaga kebersihannya.
Ratusan Ribu Jamaah Meneteskan Air Mata saat Dzikir Dipimpin Arifin Ilham
Tak ketinggalan, pesan-pesan pengamalan ajaran Islam juga mewujud dalam beragam bentuk. Di antaranya ada yang menggunakan kaos yang bertuliskan “Shalat Subuh Berjama’ah itu Amazing.”
Saat hujan tiba-tiba mengguyur dengan deras, mereka yang menggunakan payung langsung mengangkat tinggi-tinggi payungnya, diniatkan agar yang tak membawa payung dan tak menggunakan jas hujan bisa merapat sementara untuk melindungi badan dari basah.
Peserta yang lain tetap bersuka ria meski hujan turun dengan menggunakan apa pun yang mereka miliki untuk menutupi kepala dari guyuran hujan.

Pemandangan kecil saat hujan cukup deras mengguyur, tiba-tiba ada tiga gadis yang mendatangi pedagang jas hujan dan memborongnya.
Luar biasa, ketiga gadis itu berbagi peran, ada yang memegang payung dan yang dua lagi langsung membagi-bagikan jas hujan yang baru dibelinya kepada siapa saja yang melintas.
Namun di tengah hiruk-pikuk aneka rupa warna yang dilakukan peserta aksi, seolah umat Islam jangan sampai gagal fokus, sebuah bendera bertuliskan “Al-Maidah 51 Bukan Pembodohan” berlalu lalang melintas di tengah-tengah kaum Muslimin.
Pemandangan tak kalah menari, tatkala ada seorang pemuda dengan semangat membawa Bendera Merah Putih dan Bendera Tauhid sekaligus. Ia menjadi objek sasaran foto peserta aksi lain yang melintas. Bersama Merah Putih dan Semangat Tauhid mereka memberikan senyuman untuk Indonesia yang damai.

Dari luar, sayup-sayup, terdengar orasi Habib Riziq Shihab sekitar 20 menit sebelum adzan Dzuhur. Gerimis dan angin kencang melambungkan Bendera Tauhid dan Bendera Merah Putih seolah selaras dengan seruan-seruan Habib Riziq yang menggelorakan semangat jama’ah Aksi 112 di dalam masjid.
Memasuki sesi akhir, dimana seluruh jamaah mendirikan shalat Dzuhur berjama’ah, mereka yang berada di luar masjid, tetap sholat dengan menggunakan jas hujan. Sebagian ada yang tetap dengan mukena tanpa pelindung hujan.
Usai shalat semua jamaah berdoa memohon kebaikan dan keselamatan bagi seluruh rakyat Negara Kesaturan Republik Indonesia (NKRI). Tatkala saya beranjak keluar, subhanallah, seluruh jalanan depan Masjid Istiqlal rupanya dipenuhi lautan manusia. Dari Stasiun Gambir hingga Patung Tani. Allahu Akbar.*/Diceritakan Imam Nawawi