Hidayatullah.com—Gadis berjilbab itu tidak bisa berkata-kata begitu mendengar vonis dokter. Kabar ia telah menderita kanker payudara, dirasakannya seperti disambar petir. Seketika itu badannya langsung lemas dan wajahnya pucat. Keterangan dokter yang menyatakan ia harus dioperasi segera agar kanker yang diderita tidak makin menyebar ke daerah lain makin membuatnya sedih.
Itulah sekelumit kisah Ashabul Jannah (19), santri kelas 1 sebuah Madrasah Aliyah (MA) di Deli Serdang, Medan. Penderitaan Ashabul Jannah memang telah berlangsung lama. Sebelum periksa ke dokter, ia mengaku, salah satu bagian tubuhnya sering terasa nyeri. Terutama ketika mengangkat tangan bagian kanannya.
Mengikuti saran dokter, pada tanggal 21 Juli 2012 gadis berwajah manis ini akhirnya melakukan operasi pengangkatan kanker di rumah sakit umum swasta, di daerah Sunggal Kota Medan.
“Alhamdulillah operasi berjalan lancar, benjolan yang sering terasa sudah hilang. Ashabul Jannah sudah dapat beraktivitas dengan baik,” demikian menurut pengakuan pihak pengelola sekolah di mana Ashabul Jannah sekolah. Usai operasi, ia bahkan dikabarkan semakin nampak ceriah.
Sayangnya, kecerian Ashabul Jannah hanya bertahan 2 bulan. Sebab, tepat pada tanggal 14 September 2012, bagian badan di sebelah kiri mulai terasa sakit lagi.
“Apa lagi saat mengangkat tangan kiri terasa sekali sakit,” ujar Ashabul Janna salah seorang gurunya.
Tak lama setelah itu, gadis yang telah yatim ini dibawa konsultasi lagi ke dokter. Setelah dilajukan pemeriksaan secara teliti, dokter mengatakan kankernya telah menyebar dan disarankan melakukan operasi di rumah sakit yang lebih modern.
Buruh Cucian
Ashabul Jannah adalah seorang santri di MA Pesantren Hidayatullah Deli Serdang, yang kini tengah duduk di Kelas 1. Ia dibawa pamannya Muhammad Nuh, untuk sekolah di pondok pesantren setelah ditinggal ayahnya, alm. Safarwansyah menghadap Allah Subhanahu Wata’ala.
Kepergian ayahnya sangat mempengaruhi ekonomi keluarganya. Untuk kebutuhan sehari-hari, ibunya kini bekerja sebagai buruh cuci pakaian.
Kini, kebingungan terus mengganggu pikiranya. Di saat banyak teman-temannya sedang bersenang-senang menikmati pelajaran dan indahnya mencari ilmu, gadir berjilbab ini justru lebih sering meninggalkan pelajaran, karena rasa sakit yang dideritanya.
Untuk bisa melakukan operasi atas kanker yang diderita Jannah, dibutuh dana sekitar Rp 15 Juta. Namun menurut sang paman, Muhammad Nuh, uang dari mana bisa dikumpulkan sebanyak itu, sedangkan ibunya hanya seorang buruh cucian?
“Saya ingin, ia bisa tersenyum kembali dan bisa belajar bersama teman-temannya yang lain, “ ujar Muhammad Nuh.* (diceritakan Ayyub, Medan. Cp; 0852-6047-4611)