Hidayatullah.com– Religiusitas masyarakat Lombok, terkhusus dimana posko dan relawan BMH mendedikasikan diri, terasa begitu kuat. Sekalipun musibah besar telah meluluhlantakkan segala barang berharga milik mereka.
“Kita memang bahagia dan bersyukur, karena musibah ternyata tidak menyurutkan spirit ber-Islam warga dan anak-anak di pengungsian. Setiap maghrib, dai dan relawan BMH menemani anak-anak kembali belajar Al-Qur’an. Ada yang menghafal, tahsin, dan tadarus,” terang Kepala BMH Perwakilan NTB, Abdul Kholiq di Dusun Cupek Desa Sigar Penjalin, Kecamatan Tanjung, Lombok Utara, NTB, Selasa (11/09/2018).
Program Maghrib Mengaji ternyata menjadi kegiatan yang menenteramkan hati dan kebahagiaan anak-anak. Terlebih, sekalipun di tenda pengungsian, semua Al-Qur’an mereka baru, dan buku belajar Iqra juga baru.
“Mengajar di pengungsian seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mengharukan bagi saya pribadi,” ungkap dai BMH di lokasi, Ustadz Sadri.
Baca: Kegiatan Belajar Mengajar di NTB Diupayakan Bangkit Kembali
“Semoga adik-adik baru saya ini tetap tabah, ceria, dan bahagia selalu bersama Al-Qur’an, sekiranya Allah Subhanahu Wata’ala memberikan ketenangan dalam hati-hati mereka, sehingga rasa trauma akibat gempa pelan-pelan akan menjauh dan tak lagi membayangi setiap langkah kehidupan mereka” imbuhnya.
Program Maghrib Mengaji di posko pengungsi menjadi salah satu program rutin bagi anak-anak pengungsi, diharapkan dapat menumbuhkan optimisme mereka menatap masa depan.