Hidayatullah.com– Senin (18/11/2019) sore adalah kesempatan yang membahagiakan bagi Himayah (Himpunan Mahasiswa Hidayatullah) di Mesir. Pasalnya, salah seorang senior baru saja menorehkan prestasi.
Adalah saudara Muhammad Abdullah Lc, mahasiswa tahun pertama Pascasarjana Universitas Al-Azhar. Ia baru saja menyelesaikan Qiraat Asyrah di Markaz Quran Syeikh Dr Ahmad Isa Al-Ma’sharawi, Hayyu Thamin, Kairo, Mesir.
Di depan mudir Markaz, Syeikh Dr Muhammad Fuad Abdul Majid dan pendampingnya, Syeikh Abdul Khaliq bin Muhammad Bayyumi Marzuq, mahasiswa asal Pare-Pare, Sulawesi Selatan ini menuntaskan bacaannya dengan lancar dan penuh khidmat.
Markaz Quran yang diikuti oleh alumnus Pesantren Ahlus Shuffah, Hidayatullah Balikpapan ini berada di bawah bimbingan Syeikh Dr Ahmad Isa Al-Ma’sharawi. Ia adalah Syeikh Umumil Maqari’ (Imam para ahli qiraat) Mesir tahun 2014-2016 yang juga pernah menjadi dosen di Universitas Al-Azhar Kairo pada periode yang berdekatan.
Bagi Ustadz Abdullah, begitu sapaan akrabnya, Markaz Al-Ma’sharawi adalah tempat yang sangat baik untuk belajar qiraat. Selain karena dibimbing oleh masyayikh yang berkualitas tinggi bahkan diakui oleh Qurra’ dunia, juga memiliki standar kurikulum yang cukup ketat.
Ia memulai pendidikan qiraat-nya di tempat ini sejak tahun 2017. Setelah dua tahun, ia menyelesaikan sepuluh qiraat dan dua puluh riwayatnya dengan jalur As-Syatibiyyah dan Ad-Durrah, atau biasa disebut Qiraat Asyrah Sughra.
Menurut pengalaman Ustadz Abdullah, proses mengkhatamkan qiraat bisa diangsur (ifrad) berdasarkan riwayatnya maupun di-jama’ dengan membaca beberapa riwayat sekaligus.
Bila dihitung, selama di Mesir ia sendiri menyetorkan dua belas kali khatam, ada yang ifrad dan juga jama’. Termasuk kepada beberapa syeikh di luar Markaz Al-Ma’sharawi seperti Syeikh Umar Hasan dan lainnya.
Salah satu nasihat Syeikh Fuad yang berkesan bagi alumnus Fakultas Syariah wal Qanun Universitas Al-Azhar ini adalah supaya memperbanyak murajaah.
“Barangsiapa mengulang hafalannya lima juz sehari maka ia tidak akan lupa, barangsiapa yang mengulang hafalannya tiga juz sehari maka dikhawatirkan hafalannya akan pergi (terlupakan – rep),” kutipnya.
Proses menghafal Al-Qur’an tidak lepas dari pentingnya memurinkan niat di awal dan pengorbanan yang tidak sedikit. Hal ini pula yang dipesankan Ustadz Abdullah kepada para thalibul ilm.
“Menghafal Al-Qur’an tidak bisa dicapai kecuali dengan niat yang baik, sungguh-sungguh, istiqamah, sabar, serta menjauhi maksiat,” tutur mantan Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Hidayatullah (Himayah) Mesir ini.* (Thohir/Auda)