Hidayatullah.com—Di tengah sunyi perkampungan yang dikelilingi hutan dan tebing di Bogor, langkah kecil menuju cita-cita besar dimulai. dr. Richard Lee, sosok yang selama ini dikenal sebagai dokter kecantikan dan konten kreator, hari ini resmi meletakkan batu pertama pembangunan Masjid Darur Rahma Lil Alamin, rumah ibadah yang ia harapkan akan menjadi “rumah rahmat bagi seluruh alam.”
“Sebenarnya yang harus terima kasih itu saya, bukan Bapak-Ibu semua. Karena saya yang diberi kesempatan untuk bangun masjid di sini,” ujar Richard dengan mata berbinar dalam sambutannya. “Kalau tidak diberi izin oleh masyarakat, saya tidak dapat apa-apa hari ini.”
Acara peletakan batu pertama ini juga bersamaan dengan kurban Idul Adha—yang bagi Richard, menjadi pengalaman pertama dalam hidupnya menyaksikan penyembelihan hewan kurban secara langsung. Biasanya, ia hanya menitipkan dana kepada panitia masjid.
“Ini kayaknya kurban pertama yang aku lihat langsung. Biasanya aku cuma serahin ke masjid aja. Ini pertama kalinya aku nganterin sendiri dan lihat prosesnya dari awal sampai akhir,” ungkapnya di sela-sela perjalanan menuju lokasi.
Dengan penuh ketulusan, Richard menyampaikan bahwa ia tidak datang untuk pencitraan. “Saya enggak nyalek, enggak mau nyalek, saya enggak suka pencitraan. Hobi saya kerja. Tapi saya sadar, berbagi itu wajib. Maka, kalau saya bisa dapat pasif income, saya juga pengin dapat pahala pasif.”
Ia mengaku ingin membangun bukan hanya satu, tetapi 20 masjid dalam 20 tahun ke depan. Sebuah tekad besar yang ia mulai dengan penuh kehati-hatian.
Sebelum mewujudkan niatnya, ia meminta saran dan bimbingan dari para ustaz dan guru agar tidak salah langkah.
Dalam proyek pertamanya ini, Richard menggandeng Asar Humanity untuk menyalurkan donasi dan mengatur teknis pembangunan.
Lokasi masjid dipilih secara spesifik di wilayah yang dipenuhi para santri penghafal Al-Qur’an, agar manfaatnya bisa dirasakan langsung.
Nama “Masjid DRL” bukan sekadar akronim dari namanya, tapi singkatan dari Darur Rahma Lil Alamin, yang berarti “rumah rahmat bagi seluruh alam.”
Richard ingin masjid ini terbuka untuk siapa saja, tanpa melihat latar belakang.
“Saya berharap masjid ini bukan cuma rumah bagi umat Islam, tapi juga tempat terbuka bagi siapa pun yang mau belajar, mendekatkan diri pada Allah, siapa pun itu, apapun profesinya. Kita doakan semua.”
Tak hanya bangun fisik, ia juga menjanjikan bahwa segala kebutuhan masjid — dari marbot, listrik, hingga perlengkapan ibadah — akan menjadi tanggung jawabnya setiap bulan. Ia ingin masyarakat datang hanya untuk satu tujuan: beribadah dengan tenang.
“Saya enggak pengin masjid ini jadi tempat cari dana, apalagi tempat korupsi. Saya pengin yang datang ke sini cuma mikirin ibadah. Semua perlengkapannya saya tanggung.”
Richard juga sempat menunjukkan denah masjid dan asrama santri, serta area kebun dan peternakan kecil yang dikelola oleh para santri.
Menurutnya, tempat ini bukan hanya untuk ibadah, tetapi juga pusat pemberdayaan.
Di akhir sambutannya, Richard mengajak semua yang hadir untuk berdoa dan menyaksikan peletakan batu pertama dengan takbir dan basmalah.
“Bismillahirrahmanirrahim…” ucapnya seraya menurunkan batu ke pondasi.
Dengan semangat yang menyala, niat yang tulus, dan kerja sama berbagai pihak, dr. Richard Lee membuka jalan bagi pahala yang terus mengalir — bukan hanya untuk dirinya, tetapi bagi siapa pun yang terlibat dalam proses suci ini.
“Ini bukan akhir, ini permulaan. Masjid pertama dari dua puluh. Insyaallah,” tutupnya.
Syahadat
Sebelum ini, Richard mengungkap bahwa rasa penasaran dan kedamaian menjadi pemicu utama ketertarikannya terhadap Islam. Dia tertarik memahami ajaran tawhid melalui proses diskusi dan pembelajaran pribadi.
Keputusannya resmi sebagai Muslim semakin kuat pada 5 Maret 2025 (5 Ramadhan 1446 H) ketika ia mengucap syahadat ulang di hadapan Ustadz Felix Siauw dan Ustadz Derry Sulaiman untuk mempertegas ikrarnya.
Salah satu momen yang mewarnai peristiwa tersebut adalah ketika Hanny Kristianto, perwakilan Mualaf Center, menyampaikan di akun IG nya: “Rabu, 05 Ramadhan 1446 H, ahlan wa sahlan brother Richard to Islam.”
Emosi Pertama Sholat
Richard sempat menyampaikan bahwa sholat berjamaah pertamanya membuatnya merasakan ketenangan dan kehadiran spiritual yang kuat. Ia terlihat bahagia dan tenang saat mengucap kalimat suci tersebut.
Di momen syahadat ulang, ia juga berbicara soal tantangan puasa di Ramadhan.
Meski awalnya berat, Richard menyatakan secara tulus bahwa “puasa membuat saya merasa ringan, lebih dekat dengan Allah, dan merasakan bagaimana rasanya menahan diri.”
“Saya nggak mau orang-orang mikir saya masuk Islam cuma buat cari sensasi. Saya ingin orang-orang tahu kalau ini keputusan hati saya,” ujarnya. “Meskipun sering dicaci maki, difitnah, saya sudah ikhlas atas semua yang sudah terjadi.” — dikutip dari Instagram Hanny Kristianto.*