Hidayatullah.com–Pemahaman manusia akan Tuhannya akan mempengaruhi worldview (pandangan hidup-nya) ujar Akmal Sjafril, peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) dalam pertemuan ke-empat Sekolah Pemikiran Islam Jakarta Angkatan 11 pada Rabu Malam (24/02/2021).
Pertemuan ini diadakan melalui Zoom Meeting dan dihadiri oleh berbagai peserta dari Jabodetabek. SPI mengangkat tema Tauhidullah sebagai tema keempat ini.
Akmal memulai materi dengan penjabaran konsep Tuhan di agama-agama lain. Hal ini untuk menunjukkan bahwa perbedaan konsep Tuhan di setiap agama mempengaruhi worldview penganut agama tersebut, dan terlihat dalam perilakunya.
Akmal menceritakan The Melian Dialogue sebagai salah satu contoh. Melian Dialogue menurutnya merupakan dialog antara penduduk Melian dan orang-orang Athena ketika Peloponnesian War. Dialog tersebut menggambarkan negosiasi penduduk Melian kepada orang Athena yang ingin menduduki wilayahnya.
“Orang Melian berkata dewa akan membantu kami. Lalu orang Athena pun membantah, dewa ga akan membantu, kan kita punya dewa yang sama. Nah ini yang menarik, mereka bilang Dewa kan juga seperti itu, dewa ada di pihak yang kuat. Kurang lebih kayak gitu,” cerita pria yang juga Kepala Sekolah SPI pusat ini.
“Ini menunjukkan bahwa worldview mereka dipengaruhi oleh konsep Tuhannya, makanya beda agama, beda worldview,” tambah Akmal.
Ia juga menggambarkan bagaimana konsep Tuhan dalam Islam mempengaruhi cara berpikir seorang muslim. “Kalau dalam Islam, saya suka nanya, coba bayangin satu orang yang paling kejam di Israel, Benjamin Netanyahu katakan, kalo misalnya dia masuk Islam, kira-kira bakal antum maafin ga? Dari semua tempat yang saya tanya hampir semua jawab iya. Kenapa? Karena Tuhannya yang diyakini juga kayak gitu (pemaaf),” tandasnya.
Penjabaran ini menegaskan bahwa Islam merupakan agama yang sempurna dan tidak bisa disamakan dengan agama lain. Konsep Tuhan dalam berbagai agama tidak bisa dianggap sama satu sama lain karena worldview yang dihasilkan juga berbeda. “Semua agama itu perbedaannya hanya di level eksoterik atau kulitnya saja. Adapun pada bagian esoterik atau intinya sama saja. Ya ini pemikiran yang ignorant saja, karena tidak menelaah ajaran masing-masing agama secara mendalam,” ungkap penulis buku Islam Liberal 101 di sesi tanya jawab.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Syifa, salah satu peserta ketika dimintai pendapatnya tentang materi ini berpendapat, “dengan diceritainnya sejarah agama-agama lain, jadi tau kalo sejarahnya tuh orang-orang yang dianggap dewa dan dituhankan oleh agama lain itu sangat jauh dari sifat ketuhanan. Beda banget sama Islam yang Allah itu ga ada celanya. Jadi makin nyadar kalo Islam itu sempurna banget,” tutupnya.*/ kiriman Himmaty Muyassarah