TAK ADA angin tak ada hujan, tiba-tiba saja suara tak asing mencuat di hadapan anak muda itu. “Anda siap berangkat ke Seruyan?” tanya lelaki paruh baya itu kalem namun tegas kepada sang anak muda. Yang ditanya sempat kaget sebentar, lalu menjawab singkat, “Siap, ustadz!”.
Ahmad Furqon, anak muda itu ditunjuk untuk melakukan pengabdian keumatan di sebuah desa di Kalimantan Tengah itu. Ia ditugaskan merintis pesantren baru di Seruyan, Kalimantan Tengah, sekaligus mengabdikan diri dalam pembinaan keislaman di kampung itu.
Inilah cikal bakal Kampus Hidayatullah Seruyan, yang berlokasi di Desa Rungau Raya, Kecamatan Danau Seluluk, Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah.
Sebelumnya pria kelahiran 26 Nopember 1989 pernah belajar di Ma’had Tahfizh Al-Qur’an Al-Madinah PD Hidayatullah Cikarang, Bekasi, Jawa Barat yang di asuh oleh Ustadz MD Karyadi. Sang ustadz-lah yang kemudian menawar padanya untuk berdakwah di Desa Rungau Raya.
“Sebenarnya saya baru setor hafalan 17 juz, namun karena ini panggilan dakwah di daerah yang masih menjadi sasaran misionaris dan sangat minimnya pemahaman masyarakat Islam terhadap agamanya. Ketika beliau (Ustad MD Karyadi, red) menawari tugas ini saya siap sami’na wa atha’na,” kata Ahmad Furqon.
Bujangan ini akhirnya mantap menjemput “pertolongan” Allah. Ia mengaku yakin untuk terjun di wilayah yang konon sarat sengketa tanah antar pengusaha di wilayah itu. Sehingga meskipun merasa diri masih muda dan belum ada apa-apanya, Furqon tetap yakin saja. Sebab berprinsipnya, para sahabat Rasulullah dulu pun ketika masih di Makkah banyak juga yang seusia dirinya sekarang, masih muda. Selain itu, ia mengaku termotivasi dengan nasihat yang kerap disampaikan guru-guru di pondoknya dahulu.
Tandang ke Gelanggang
Walaupun merasa diri masih sangat nihil pengalaman dan ilmu, Furqon tetap memilih berani untuk tandang ke gelanggang. Tapi, tak dinyana, dukungan masyarakat bersambut sangat baik.
Alhamdulillah, ada salah satu wali santri di Yayasan Tahfizh Al Madinah Bekasi pimpinan Ustadz MD Karyadi mewakafkan tanahnya yang ada di Seruyan seluas 2 hektare. Disinilah rencana akan di bangun Pesantren Al Qur’an dan Entrepreneur Pondok Pesantren Hidayatullah Seruyan yang akan menjadi pusat pembinaan ummat dan benteng kristenisasi.
Tetapi kendala tentu saja tak usai. Perlu diketahui, tempat merintis di Seruyan ini cukup jauh dari perkotaan, kira-kira 114 km dari kota Sampit, Ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur dan 6 jam perjalanan umum ke Kuala Pambuang, Ibukota Kabupaten Seruyan.
Ahmad Furqon mendarat di daerah ini tanggal 10 Februari 2012 lalu yang langsung diantar oleh Ustadz Karyadi dan sahabat beliau Pak Hadi Winarto. Pertama kali datang di tempat tugas ini Furqon langsung menggelar kegiatan silaturahim ke tokoh-tokoh masyarakat di wilayah itu. Kini ia dengan sejumlah koleganya yang merupakan warga setempat terus membabat hutan di lokasi yang mau dibangun masjid pesantren.
“Mudah-mudahan ada hamba pilihan Allah yang siap membangunkan masjid ini di sini,” harap Furqon.
Menegakkan sholat berjamaah
Selain itu, Furqon juga mulai mengisi kajian Islam di beberapa masjid dan mushalla dan menjadi khotib di daerah-daerah terpencil yang medannya bisa di bilang ekstrem karena naik turun bukit, masuk keluar hutan dan perkebunan kelapa sawit. Perjalanan antar lokasi pembinaan cukup jauh, sehingga untuk itu fasilitas sepeda motor sangat mendesak.
Beruntung untuk beberapa hari ini ada jamaah yang siap mengantarkan ke daerah pembinaan walau motornya butut, tidak ada lampunya. Tapi rupanya ini pun juga ada batasnya karena sehari-hari pun motor itu juga dipakai pemiliknya untuk mengais rejeki untuk keluarga.
Karena medan dakwahnya yang terbilang ektrem, setiap kali mau mengisi taklim Furqon harus membawa pakaian dobel karena pernah beberapa kali dalam perjalanan sangat gelap gulita naik motor tanpa lampu bisa-bisa terperosok ke jurang. Jika salah arah bisa bisa terjerumus ke jurang curam, atau belepotan tanah karena medan jalan yang belum tersentuh sasaran pembangunan.
Mengajar mengaji anak-anak Dayak Seruyan
Apalagi saat hujan, medan benar-benar menggila tantangannya. Alhamdulillah, Furqon mengaku selalu bersyukur karena tetap selamat dan masih bisa bernafas sampai tujuan. Daerah rintisan Hidayatullah Desa Rungau Raya ini hidup masyarakatnya masih sangat tradisional. Rumah-rumah berjauhan, listrik belum ada, dan kalau beli minyak tanah harus jalan sehat 2 kilometer, buat masak dan lampu teplok.
“Dengan kondisi seperti ini sangat perlu juga mesin genset, apalagi kalau ngecas hape, wah susah banget harus ke rumah jamaah. malu juga-lama kelamaan,” ujar Furqon.
Saat ini, Furqon sedang membangun masjid dan merintis lembaga pendidikan. Yang sedang ia keluhkan saat ini adalah tidak adanya kendaraan sebagai modal dakwah dan kelancaran dalam membina masyarakat.*
————————————————————-
Rubrik ini bekerjasama dengan Pos Dai. Bagi pembaca yang ingin berpartisipasi dalam program dakwah para dai ini, bisa menghubungi Pos Dai atau Call Centre Pos Dai 0811-354586