Hidayatullah.com–Tokoh utama di Tikrit Sheikh Yahya Ibrahim al-Attawi, Minggu, mengatakan kalangan pemimpin agama mengambil keputusan itu setelah bertemu dengan kepala keluarga besar Saddam, Mahmud al-Nada.
“Mahmud al-Nada memberi tahu kami pagi ini bahwa pasukan AS melarang segala bentuk pertemuan untuk Uday dan Qusay. Sehingga, tidak akan ada upacara doa dan bacaan ayat-ayat suci bagi keduanya,” kata al-Attawi.
“Saya tetap ingin melakukan itu, tetapi para paman dan pemimpin keluarga mereka meminta saya untuk tidak melakukan itu,” tambahnya.
Rencana doa dan tahlilan itu sebenarnya telah diumumkan ke seluruh warga Tikrit. Warga dari berbagai pelosok kampung halaman Saddam itu juga sudah bersiap untuk mengikuti upacara yang diperkirakan akan diikuti ribuan orang.
Al-Attawi mengecam AS atas batalnya rencana doa bersama itu. Tokoh yang sangat disegani di Tikrit itu juga mengkritik ketatnya pengamanan saat Uday dan Qusay serta Mustapha, putra Qusay, dimakamkan Sabtu lalu.
Kedua putra Saddam itu serta cucunya yang berusia 14 tahun, dimakamkan di Desa Awja, yang terletak tak jauh dari Tikrit, sekitar 175 kilometer di utara Bagdad.
“Kami membawa mereka ke masjid di pemakaman itu. Kami melakukan salat jenazah dan menguburkan mereka di pemakaman keluarga. Keluarga mereka dan suku setempat meminta saya melakukannya dengan diam-diam,” kata Thawrah Abed Bakr, Direktur Masyarakat Bulan Sabit Merah wilayah Tikrit.
Kerabat Saddam, dengan jubah putih, mengerumuni gundukan tanah pemakaman yang ditutupi dengan bendera Irak berwarna putih, merah, dan hitam.
Karim Suleiman al-Majid, paman keduanya, dan kepala suku keluarga Saddam, Mohammed al-Nada dan Ali al-Nada, hadir dalam pemakaman tiga orang itu yang tewas 11 hari lalu oleh serangan pasukan AS di Mosul, utara Irak.
Pasukan AS menolak pengunjung lain masuk ke pemakaman tersebut untuk mengucapkan selamat jalan kepada kedua putra Saddam tersebut.
Meski makam itu terus dijaga ketat pasukan AS, Minggu, bendera Irak yang menyelimuti makam dua putra Saddam itu hilang.
Pasukan AS menggeledah mobil-mobil yang meninggalkan tempat pemakaman di Desa Awja, Tikrit, tersebut sepanjang Minggu. Tetapi, mereka mengatakan tidak melihat seorang pun mengambil bendera tersebut.
AS khawatir segala atribut yang berkaitan dengan keluarga Saddam akan membangkitkan semangat mereka dan menimbulkan sikap anti-AS yang semakin kuat.
Penduduk yang tinggal di desa kelahiran Saddam tersebut mengeluhkan kehadiran pasukan AS yang menjaga ketat pemakaman keluarga itu. Mereka mengatakan tidak akan mengunjungi makam tersebut selama pasukan AS menjaga tempat tersebut.
“Saya belum ke sana dan tidak akan ke sana selama masih ada pasukan AS,” kata seorang pedagang Walid Jassem.
Dalam sepekan terakhir, pasukan koalisi mengatakan mereka masih berembuk dengan Dewan Pemerintahan Sementara dan para tokoh agama tentang pemakaman tiga orang itu. Mereka khawatir pemakaman tersebut bisa menjadi arena untuk menggerakkan pendukung Saddam.
Meski para pejabat AS mengklaim kematian keduanya menjadi pukulan terberat pasukan pro-Saddam, serangan terhadap pasukan AS masih belum mereda.
Seorang serdadu AS kembali tewas dan tiga orang lagi luka-luka, kemarin setelah diserang dengan granat berpeluncur roket di utara Bagdad.
“Seorang serdadu dari Divisi Infanteri Ke-4 tewas dan tiga lagi luka-luka ketika iring-iringan mereka diserang RPF, di kota antara Balad dan Tikrit,” kata seorang juru bicara pasukan AS. (MI)