Hidayatullah.com–Pasukan AS dan Afghanistan membunuh 132 pejuang Taliban dan mengepung empat komandan tinggi kelompok itu setelah pertempuran tiga hari di wilayah selatan negara itu, kata sejumlah pejabat, Kamis (23/6).
Saudara ipar pemimpin Taliban Mullah Mohammad Umar termasuk salah satu tokoh utama yang dikepung di sebuah tempat persembunyian mereka di kawasan pegunungan, kata Kementerian Pertahanan Afghanistan. Klaim itu belum bisa dikonfirmasi secara independen.
“Sebanyak 132 anggota Taliban tewas dalam operasi di sebuah daerah di perbatasan provinsi-provinsi Kandahar, Zabul dan Uruzgan,” kata jurubicara Kementerian Pertahanan, Mohammed Nu’man Atifie kepada AFP.
Sebanyak 32 anggota tewas ketika ofensif itu dimulai Selasa pagi dan 100 orang lagi tewas Selasa malam dan Rabu dinihari di distrik Mian Nisheen, kata jurubicara itu. Enam pejuang asing termasuk diantara mereka yang tewas, kata kepala kepolisian Kandahar Jendral Mohammed Salem kepada AFP.
“Mereka menemukan dua warganegara Chechnya, tiga Pakistan dan satu orang Arab,” kata Salem, yang menambahkan bahwa 10 anggota Taliban, termasuk seorang Pakistan ditangkap hidup-hidup hari Kamis.
Salem mengatakan, empat komandan tinggi Taliban termasuk mereka yang ditangkap namun ia tidak memberikan penjelasan lebih lanjut.
Sebagian besar dari gerilyawan itu tewas ketika pesawat-pesawat tempur AS yang bersenjatakan bom yang dikendalikan laser dan didukung pesawat tempur Inggris membom tempat-tempat persembunyian Taliban, kata sejumlah pejabat AS dan Afghanistan.
Sekitar 200 polisi Afghanistan dan pasukan AS serta Afghanistan mencari tempat-tempat persembunyian di lembah-lembah.
Empat komandan Taliban yang mencakup Mullah Brader, yang memiliki hubungan kekerabatan dengan Mullah Umar yang bermata satu dan juga disebut-sebut sebagai deputi saat ini pemimpin milisi tersebut, telah dikepung oleh pasukan pemerintah di sebelah utara Mian Nisheen, kata Artifie.
Pejabat Afghanistan menyebut penyerangan itu sebagai upaya untuk mengendalikan kebangkitan kuat milisi garis keras itu sebelum pemilihan umum parlemen yang dijadwalkan berlangsung dalam waktu kurang dari tiga bulan. Serangan Amerika yang membabi buta terhadap siapapun sering tak sebanding dengan jumlah tentaranya yang hanya tewas satu-dua orang. (ant/afp)