Ahad, 18 September 2005
Hidayatullah.com—Pernyataan ini disampaikan Menteri Luar Negeri RI, Hassan Wirajuda, dan Presiden Susliso Bambang Yudhoyono Jum’at, (16/8) kemarin dalam jumpa pers di gedung Perwakilan RI, di New York. Namun dalam pertemuan itu, ujar Hassan, tak dilakukan rahasia, sebagaimana diberitakan sebelumnya. Pihak Israel, katanya, ingin Indonesia melakukan peranan dalam proses dialog penyelesaian konflik Palestina-Israel.
"Ternyata harapan Israel juga kuat, agar Indonesia lebih berperan (dalam penyelesaian masalah Israel-Palestina, red)," kata Hassan.
Hassan mengaku, pertemuannya dengan Shalom dilakukan berlangsung pada 13 September waktu setempat dan dilakukan secara informal di sela-sela pelaksanaan Sidang Majelis Umum PBB di New York.
Dia juga mengaku, pertemuan itu tidak membahas mengenai kemungkinan pembukaan hubungan diplomatik kedua negara.
“Kami tidak bicara masalah hubungan diplomatik. Israel sangat tahu posisi Indonesia seperti apa,” katanya.
Sebelumnya, Indonesia telah beberapa kali mendapat permintaan yang diajukan pemerintah Palestina untuk memainkan peranan penting dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel.
Penegasan itu diberikan saat mengomentari pemberitaan di sejumlah media massa asing yang melaporkan keinginan Israel untuk membangun hubungan diplomatik dengan Indonesia dan bahwa Jerusalem telah mengirimkan surat tentang hal itu kepada Jakarta.
Hal itu dibantah Menlu Hassan, yang mengatakan bahwa Indonesia tidak akan pernah berhubungan secara diplomatik dengan Israel kecuali Palestina sudah merdeka dan bahwa Jakarta tidak pernah menerima pesan melalui surat seperti yang diberitakan.
Baik Hassan maupun Presiden Yudhoyono saat jumpa pers mengatakan bahwa pertemuan Hassan dengan Menlu Shalom hanya membicarakan topik seputar kemerdekaan Palestina dan keamanan di sekitar wilayah tersebut.
“Tentu kita bisa berkomunikasi dengan Israel, namun dengan tujuan untuk memerdekakan Palestina. Kepentingan Indonesia adalah bahwa Palestian segera merdeka dan perdamaian di Timur Tengah segera terwujud, “ kata Presiden.
Pasca penarikan Yahudi dari Jalur Gaza, pemerintahan Tel Aviv berusaha untuk mendekati negeri-negeri berpenduduk Muslim. Sebelumnya, Israel juga telah melakukan hubungan diplomatik dengan Pakistan.
Di Indonesia, hubungan dengan Israel menjadi sesuatu hal yang sangat sensitif dan bisa memancing amarah umat Islam kecuali bila negeri kaum Yahudi itu membiarkan tanah Palestina merdeka.
Pertemuan antara Indonesia dan Israel ini bukanlah hal baru. Sebelumnya, seperti dikutip media Israel, Ha’aretz, Shalom dan Wirajuda telah beberapa kali melakukan pertemuan di Europa di awal tahun 2005.
Israel kala itu, memfokuskan pembicaraan mengenai kemungkinan hubungan dengan negeri-negeri Muslim. Dan Indonesia, adalah negeri dengan penduduk Muslim terbesar di dunia. (ant/gtr/ha’aretz/hid/cha)