Jum’at, 30 September 2005
Hidayatullah.com–Aktivis pro-Israel di
Washington mendesak pihak Kongres agar Amerika menekan Iran. Sebelumnya, minggu
lalu, melalui organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) pemimpin Yahudi di New
York juga mendesak para pemimpin dunia termasuk Perdana Menteri India, Manmohan
Singh untuk bertindak terhadap Iran.
Sebagaimana dikutip Forward
di New York, dalam usaha memancing Singh supaya mendukung Amerika dan Eropa
membawa isu sanksi atas Iran PBB, pemimpin itu juga telah mengadakan pertemuan
dengan PM India itu awal September lalu.
Turut hadir dalam pertemuan
itu adalah orang dekat Presiden George W Bush, Condoleezza Rice. Pada pertemuan
itu, Rice juga menyuarakan kekecewaannya terhadap keengganan India mendukung
Amerika dan Eropa untuk menekan Iran.
Pihak Washington bahkan
meyakinkan India, Rusia bahkan China untuk menyertai negara-negara besar dalam
menentang Iran.
Para pemimpin Yahudi juga
bertemu dengan berbagai pihak guna memastikan agar semakin banyak negara yang
ikut menolak dan memberi sanksi kepada Iran.
Amerika dan Yahudi dikenal
penentang negara Iran yang selama ini telah mengembangkan teknologi nuklir.
Amerika bahkan mengajak
negara-negara maju lain, seperti Inggris, China dan Rusia untuk bergabung
melawan Iran agar tak mengembangkan nuklir.
Sebaliknya, meski
berteriak-teriak agar Iran tak mengembangkan nuklir, pemerintah Israel sendiri
justru secara rahasia mengembangkan program senjata nuklir.
Israel bahkan tak
menandatangani Persetujuan Non-Perkembangbiakan Senjata Nuklir (Treaty on
the Non-Proliferation of Nuclear Weapons – NPT), sebagaimana yang dituntut
pada Iran.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Pengungkapan pertama
kepemilikan nuklir Israel secara rahasia diungkap pertama kali ketika Sunday
Times yang berpusat di London pada 5 Oktober 1986, mencetak maklumat yang
diungkapkan oleh Mordechai Vanunu, bekas pekerja di Pusat Penyelidikan Nuklir
Negev, terletak di gurun Negev selatan Dimona.
Sejak Vanunu mengungkap
keberadaan pabrik nuklir itulah, dia kemudian diculik oleh Mossad dan dihukum
penjara selama 18 tahun, 12 tahun dalam penahanan tersendiri
(solitary). (bh/hid/cha)