Hidayatullah.com–Manusia-manusia yang senantiasa membenci Islam dan hukum syariahnya akan selalu ada. Jika beberapa waktu lalu di Indonesia mereka berkumpul dengan Anand Krishna dan kawan-kawan sebagai penggerak, maka di Amerika kumpul-kumpul kelompok yang mengaku menjunjung tinggi HAM ini disponsori oleh Human Rights Coalition Against Radical Islam (HRCARI).
Tanggal 3 Mei lalu mereka berkumpul memenuhi lapangan di persimpangan jalan tersibuk di dunia, Times Square, New York. Sebanyak 400 hingga 500 orang itu rupanya menunjukkan jiwa “heroik” mereka.
Pada tengah hari hingga pukul 2 siang waktu setempat, saat cuaca tak bersahabat, di tengah guyuran hujan, di bawah payung berwarna-warni, ketika suhu udara cukup dingin, mereka berteriak-teriak menyerukan penolakan terhadap penerapan syariah Islam.
Beth Gilinsky, aktivis kawakan yang Ketua Alliance for Interfaith Resistance, berbicara di depan kerumunan, mencoba membakar emosi mereka, “Supremasi Islam, membentuk penyiksaan yang sangat meluas yang pernah kita lihat, dan juga brutal, mulai dari penindasan hak-hak dasar manusia hingga pembunuhan dan genosida.”
“Islam menindas apa yang disebut dengan orang kafir, dengan penindasan terhadap hak dasar manusia, penindasan atas kebebasan berbicara dan berkumpul, hingga genosida. Hal itu merupakan penyiksaan yang berbahaya karena mendapat legitimasi, bahkan sanksi dari para pengikutnya yang ekstrim, fanatik, yang sangat bersemangat dan tidak dapat berkompromi. Jika dibiarkan, hal itu akan menjadi bahaya yang mengancam suatu masyarakat di negara-negara non-Islam, sebagaimana yang terjadi di negara-negara Islam.”
Apa sebenarnya tujuan mereka berkumpul di lapangan Times Square, Nona Gilinsky menjelaskan, “Koalisi kami yang baru ini, HRCARI, yakin ‘radikal Islam’ merupakan ancaman terhadap dunia yang bertentangan dengan HAM. Dan hal itu sebuah topik penting untuk generasi kami.”
Koalisi HRCARI terdiri dari berbagai kelompok. Sebagian kelompok berhubungan dengan Zionis-Israel, kelompok Kristen, tetapi ada pula dari Islam liberal. Di antaranya; 911 Families for a Secure America; ACT for America, Long Island/Manhattan; AIR — Alliance for Interfaith Resistance; the AISH Center; the American Coptic Union; Americans for a Safe Israel (AFSI); the Alliance of Iranian Women; AMCHA-Coalition for Jewish Concerns; the American Center for Democracy; Americans for Peace & Tolerance; Arabs for Israel; Artists4Israel; Atlas Shrugs (website for human rights); Center for Security Policy, Washington, DC; the Chinese Community Relations Council; Coalition for Israel; Damanga (Darfur Muslim organization); The David Project; Fordham University School of Law’s National Security and Law Society; Foundation Nepalese; Gathering of Eagles-NY; Global Movement Against Radical Islam; Hasbara Fellowships; Hindu Human Rights Watch; Indian American Intellectuals Forum; International Foundation of Bangladeshi Hindus; Iraq the Model; Israpundit; Jewish Action Alliance; Jihad Watch; Mothers Against Terrorism; Muslims Against Shariah; Namdhari Sikh Foundation; R.E.A.L. – Responsible for Equality and Liberty; Sikh Recognition Trust; Snapped Shot; StandWithUS; Sudan Freedom Walk; Women United: Code Red; The World Committee for the Land of Israel; and Zionist Organization of America (ZOA).
Hajatan HRCARI yang diberi judul Rally for Human Rights and Freedom itu juga mereka persembahkan untuk menghormati jasa-jasa milter AS, petugas dari Keamanan Dalam Negeri, polisi lokal dan nasional, petugas pemadam kebakaran, petugas SAR dan petugas lain yang bekerja ketika terjadi peristiwa 9/11.
Selain Gilinsky, berbicara juga perwakilan dari kelompok Hindu yang menceritakan pengalamannya tentang “bahayanya orang-orang Islam.” Aris Sahani berkata, “Kami dulu dipaksa meninggalkan tanah leluhur kami karena kami beragama Hindu. Kami mengungsi ke India tahun 1947. Kemudian saya berimigrasi ke Amerika tahun 1971. Banyak orang yang seperti saya di AS, yang berasal dari negara yang berbeda. Mengutip laporan Hindu-American Foundation, orang Hindu di Pakistan dulu jumlahnya 25% dari populasi. Sekarang, dalam waktu 60 tahun, populasi mereka berkurang hingga di bawah 1,6%.”
Pembicara lainnya adalah Simon Deng –yang menyebut dirinya mantan budak yang telah bebas– dari kelompok orang Sudan; Mohamed Yahya, dari Damaga kelompok Muslim Darfur; penulis dan advokat HAM wanita terkenal Dr. Phyllis Chesler; aktivis anti-perbudakan pastur Gerald Bell; Dr. Charles Jacobs dari Americans for Peace and Tolerance; Rajinder Singh Khalsa and Bhupinder Singh Bhurji mewakili komunitas Sikh; Narain Kataria dari International Foundation of Bangladeshi Hindus. Masih banyak yang lainnya.
Pembicara bintang di acara itu mungkin Tawfik Hamid, seorang Muslim, yang disebut-sebut sebagai mantan teroris yang dulu aktivitas hariannya membunuh orang, anggota Jemayah Islamiyyah.
Seorang juru bicara HRCARI menjelaskan, agenda yang akan mereka laksanakan, “Sebagai bagian dari gagasan kami, kami bermaksud mendidik para pejabat yang terpilih untuk bisa membantu mencegah menyebarnya penerapan hukum syariah (yang berdasarkan Al-Quran). Kami akan bekerja untuk menyampaikan kepada publik mengenai ancaman teroris dari kelompok Islam dan sekutu-sekutunya. Dan berusaha melindungi hak kebebasan beragama dan berbicara bagi mereka yang mencari perlindungan hukum atas HAM-nya,” ujarnya dikutip The Jewish Post.
Kelompok ini juga memperingatkan bahaya tersamar dari keuangan syariah, ajaran jihad di buku-buku sekolah, dan jerat hukum kelompok Islam yang memanfaatkan hukum di AS untuk melawan pemerintah AS.
Pendukung kelompok ini sepertinya cukup khawatir dengan dipilihnya Dalia Mogahed menjadi anggota penasehat untuk pemerintahan Obama.
Marion D.S. Dreyfus dalam tulisannya di Jewish Post menyinggung tentang Mogahed. Ia adalah seorang wanita Muslim pertama yang ditunjuk untuk duduk dalam badan penasehat semacam itu. Tugas dan tanggungjawabnya dan pernyataan-pernyataannya yang tidak tahu malu, dimaksudkan untuk mencuci bersih catatan pelanggaran HAM yang dilakukan radikal Islam di seluruh dunia dan di AS. Ia menjadi contoh penting dari distorsi dan persepsi keliru yang sengaja dibuat bagi mereka yang takut akan menyebarnya agenda radikal Muslim di dunia.
Seperti diketahui, beberapa waktu lalu Mogahed mengatakan bahwa Islamphobia di Amerika sangat jelas sekali.
Sebagaimana yang ditulis Dreyfus, kelompok semacam HRCARI ini digambarkan secara keliru oleh media sebagai kelompok Islamphobia.
Sungguh lucu pernyataan Dreyfus itu. Mereka — kelompok semacam HRCARI dan pendukungnya, tidak ingin disebut sebagai Islamphobia, namun kenyataannya mereka berkumpul, berkoalisi membentuk organisasi yang mempunyai visi dan misi serta segudang agenda yang dirancang berdasarkan atas rasa takut mereka akan menyebarnya ajaran dan hukum Islam di seluruh penjuru dunia.
Mereka mendeklarasikan diri sebagai kelompok HAM yang membela kebebasan beragama, tapi tidak menginginkan Islam dan syariahnya dijalankan oleh penganutnya. Sungguh sikap yang bertentangan dengan prinsip mereka sendiri. [di/tjp/hidayatullah.com]