Hidayatullah.com–Seorang laki-laki bersenjata, Sabtu malam (1/8), membunuh dua orang–seorang pemuda dan seorang pemudi–dan sedikitnya melukai 10 orang lainnya, sebelum akhirnya ia melarikan diri.
Petugas penyelamat mengatakan, 6 di antara korban terluka parah. Kebanyakan korban adalah kaum gay remaja, yang sedang mengadakan pertemuan di sebuah tempat berkumpul bagi lesbian dan gay di Jalan Nachami kota Tel Aviv.
Para saksi mengatakan, pria bersenjata itu menembakkan pistolnya ke segala arah.
Televisi Israel Channel 10 melaporkan, kejadian itu berlangsung di “Cafe Noir”, sebuah tempat nongkrong populer komunitas gay di pusat kota Tel Aviv. Seorang pria berpakaian hitam memasuki klub dan mulai menembak ke sembarang arah. Stasiun TV itu menggambarkan peristiwa tersebut sebagai “mandi darah.”
Micky Rosenfeld, seorang juru bicara polisi, mengatakan bahwa polisi sedang menyisir sekitar tempat kejadian untuk mencari pelaku yang melarikan diri. Polisi juga memerintahkan penutupan sementara seluruh klub gay yang ada di kota itu.
Setelah kejadian, Yaniv Weizman, Ketua Asosiasi Pemuda Gay, Lesbian, Biseksual, dan Transgender Israel, mengatakan kepada BBC, “Sangat mengejutkan bagi Tel Aviv, salah satu kota yang paling liberal dan bebas. Kami masih belum tahu siapa di belakang serangan ini, tapi pastinya ia seorang yang tahu tempat ini–karena tempat ini bukan tempat yang bisa Anda lihat dari luar. Ia sangat tahu tempatnya, masuk, lalu menembak orang-orang di sana.”
“Ini sangat, sangat mengejutkan bagi komunitas gay, dan kota Tel Aviv. Tel Aviv seharusnya merupakan kota yang sangat aman. Kami sangat marah. Dan jika kami tahu ada gerakan keagamaan di belakang aksi ini, kami akan hukum mereka yang mendalangi. Komunitas gay di sini sangat kuat. Akan ada reaksi dari komunitas gay, dan orang-orang di pemerintahan menjadi pihak pertama yang akan memberikan jawaban kepada kami.”
“Kami punya pusat bagi orang-orang yang ingin berkumpul dengan “sesamanya” dan mencari teman di perkumpulan. Mereka datang ke sana setiap hari. Di sana banyak orang yang mendukung mereka. Sayangnya Sabtu malam itu banyak remaja yang datang, dan saya tidak kenal kebanyakan dari mereka yang duduk di sana dengan seseorang yang membantu mereka. Dan tiba-tiba seorang pria dengan memakai helm datang, lalu menembaki mereka tanpa alasan.”
Yaron Arad, seorang karyawan yang bekerja di hotel dekat tempat kejadian, mengatakan bahwa komunitas gay adalah bagian dari kota itu.
“Kami tahu Tel Aviv sangat marak dengan komunitas gay, yang banyak melakukan kegiatan di mana-mana,” katanya kepada BBC.
“Yerusalem tidak begitu menerima komunitas gay, tapi di sini di Tel Aviv sangat berbeda. Sangat berbeda sekali. Di sini ada banyak pesta, banyak orang gay yang bersenang-senang. Oleh karena itu, apa yang terjadi malam itu sangat mengejutkan.”
Nitzan Horowitz, anggota parlemen–satu-satunya yang mengaku gay secara terbuka–mengutuk penembakan itu sebagai “kejahatan karena kebencian”. Ia menyebutnya sebagai “tanpa diragukan serangan terbesar yang pernah terjadi atas komunitas gay.” Katanya, “kami semua terkejut.”
Tak lama setelah kejadian, ratusan orang Israel berkumpul memprotes penembakan itu, dan mereka menyalakan lilin di tempat kejadian peristiwa.
Kota pinggir pantai Tel Aviv sangat marak dengan pemandangan kaum gay. Tapi, homoseksual terbuka kurang bisa diterima di wilayah-wilayah Israel yang konservatif.
Di masa lampau Tel Aviv pernah menjadi sasaran pejuang Palestina, tapi kejadian Sabtu malam lalu itu tidak menunjukkan adanya motif politik.
Micky Rosenfeld, juru bicara polisi, menggambarkan kejadian itu sebagai “lebih pada kriminalitas daripada nasionalistik.”
Parade gay tahunan di Yerusalem sering berubah menjadi kekerasan dengan adanya protes dari kaum Yahudi Ultra-Ortodoks. [di/aj,bbc/hidayatullah.com]