Hidayatullah.com–Rita Verdonk berusaha bangkit kembali di dunia politik, setelah berhenti menjabat sebagai Menteri Integrasi dan Imigrasi Belanda pada tahun 2003-2007. Sayangnya, dia mencoba usaha itu dengan melakukan kebiasaan lamanya, yaitu menyudutkan Islam.
“Jika kita membiarkan negara seperti sekarang ini, istri, putri dan cucu perempuan kita, semuanya akan berkerudung dalam lima tahun ke depan,” katanya kepada media Belanda HP/De Tijd (27/10) dalam sebuah wawancara.
“Nilai-nilai dan standar kita, kebebasan berekspresi, kesetaraan antara pria dan wanita, gay, dan transgender, semuanya itu terancam. Kita membiarkan orang-orang berjalan di atas (kepala) kita. Saya katakan: setiap burka, satu saja itu berarti sudah terlalu banyak. Di Inggris sekarang sudah ada kolam renang yang pengunjungnya tidak boleh masuk tanpa burkini. Kemudian Anda mendengar para wanita ditolak oleh seorang majikan karena kerudungnya. Itu bukan diskriminasi, itu adalah hak seorang majikan.”
Perempuan anggota Partai Trots op Nederland (TON) ini selain ingin kembali memegang jabatan, sepertinya juga khawatir dengan partainya. Kebetulan, berdasarkan jejak pendapat baru-baru ini, TON berpeluang kehilangan satu kursi di parlemen.
Rita Verdonk, yang dijuluki “Wanita Besi” karena serangkaian usahanya untuk memberlakukan kebijakan anti-imigrasi, merupakan salah seorang pendukung kuat pelarangan burka di Belanda.
Tahun 2005 ia pernah mengatakan bahwa “waktu menikmati teh” dengan kelompok-kelompok Muslim sudah berakhir. Ia menganjurkan agar penduduk pribumi dan pendatang harus mulai saling bersikap kritis. Ketika itu ia pernah membatalkan sebuah pertemuan dengan para pemimpin Muslim Belanda, karena mereka menolak berjabat tangan dengannya sebab ia wanita.
Famile Arslan, pengacara dua orang mahasiswi yang dilarang memakai kerudung di kampus pada tahun 2003, pernah mengomentari sepak terjang Verdonk.
“Para wanita mempunyai pendapat kuat mengenai burka. Jika Anda melarangnya, maka mereka tidak bisa keluar rumah. Itu bukanlah cara yang baik untuk mengintegrasikan dan mengangkat kaum wanita Muslim. Setiap hal yang dilakukan oleh orang Islam dikritik oleh Verdonk,” kata Arslan kepada The Times.
“Ia melakukan hal itu agar bisa terpilih. Dia sama sekali tidak peduli dengan Muslim dan masalah-masalahnya,” katanya menegaskan motif dari tindakan Verdonk.
Sebagaimana diketahui, sekitar bulan Oktober 2005 berkembang polemik tentang pelarang burka di Belanda. Verdonk mengajukan usulan pelarangan itu setelah Geert Wilders meminta pemberlakuan larangan burka. Anggota parlemen sayap kanan itu beralasan bahwa burka bukanlah pakaian yang “ramah” untuk wanita dan berbahaya bagi keamanan negara.
Pendapat mereka dibantah oleh Baroness Sarah Ludford, anggota komite kebebasan sipil di parlemen Uni Eropa. Wanita yang aktif menentang pelarangan hijab atau kerudung itu mengatakan, bahwa tidak ada alasan untuk melarang burka.
Ia berkata, “Jika ada keyakinan yang benar-benar murni bahwa wanita yang memakai burka adalah teroris, maka Anda minta pemeriksaan hukum berdasarkan kecurigaan yang masuk akal.” [di/dt/to/hidayatullah.com]