Hidayatullah.com—Aparat Israel telah merelokasi 19 orang Yahudi Yaman ke negera Zionis. Sekarang hanya tinggal 50 orang Yahudi yang masih menetap di Yaman, salah satu tempat tinggal komunitas Yahudi paling lawas di dunia.
“Sembilan belas orang tiba di Israel belum lama ini, termasuk 14 orang dari kota Raydah dan sebuah keluarga beranggotakan lima orang asal Sanaa,” kata Jewish Agency dalam pernyataannya hari Senin (21/3/2016) seperti dilansir Deutsche Welle.
Lembaga itu, yang bertugas mengurus migrasi orang-orang Yahudi dari seluruh dunia ke Israel, mengkonfirmasi bahwa operasi relokasi teranyar itu menandai berakhirnya proses pemindahan orang-orang Yahudi dari komunitasnya yang berusia 2.000 tahun di Yaman. Seorang juru bicara Jewish Agency mengatakan bahwa perencanaan relokasi itu disusun selama beberapa bulan. Dua orang Yahudi Yaman tiba lebih dulu pekan lalu dan sisanya tiba pada hari Ahad (20/3/2016).
“Kelompok yang datang dari Raydah termasuk rabi warga setempat, yang membawa serta sebuah gulungan Torah yang diyakini berusia 500-600 tahun,” imbuh pernyataan itu.
Sekarang hanya sekitar 50 Yahudi yang masih menetap di Yaman. Kebanyakan dari mereka tinggal di dekat gedung Kedutaan Amerika Serikat di ibukota Sanaa. Tunjangan bulanan dari pemerintah Yaman, yang beberapa tahun belakangan mengalami krisis kepemimpinan dan dikacaukan oleh orang-orang Syiah Hautsi, sudah diberhentikan sejak 6 bulan lalu. Kelompok orang Yahudi itu terancam tergusur, lapor sejumlah media.
Sejak tahun 1948, ketika negara Zionis Israel didirikan, populasi Yahudi Yaman menyusut. Sekitar 50.000 orang Yahudi Yaman pada 1949 dan 1950 direlokasi ke Israel dalam misis rahasia “Operasi Karpet Ajaib”. Memasuki 1990-an, jumlah orang Yahudi Yaman turun drastis menjadi kurang dari 1.000. Pada 1993, pencabutan larangan bepergian menimbulkan arus migrasi baru Yahudi Yaman ke Israel.
Belakangan, orang-orang Yahudi di Yaman mengeluhkan intimidasi yang diterimanya dari pemberontah Syiah Hautsi, yang menguasai ibukota sejak hampir dua tahun silam.
“Menjadi orang Yahudi di Yaman sekarang ini sangat berbahaya,” kata juru bicara Jewish Agency Yigal Palmor kepada AFP.
“Militan Hautsi, misalnya, terang-terangan anti-Semit,” imbuhnya.
Negeri Yaman mengalami kekacauan parah mulai 2014, ketika pemberontak Hautsi menyerbu gedung parlemen di Sanaa, memaksa Presiden Abed Rabbu Mansour Hadi pergi dan mencari perlindungan di Arab Saudi.
Orang-orang Syiah Hautsi masih bertahan di ibukota Yaman dan Raydah meskipun pasukan Arab Saudi dan koalisinya gencar melancarkan serangan atas kelompok pemberontak Syiah bersenjata itu.*