Hidayatullah.com–Wanita Palestina yang direkam dalam video pelecehan tentara Israel dan dimunculkan di YouTube menceritakan bahwa apa yang terlihat hanyalah awal dari berbagai penyiksaan dan penghinaan yang dialaminya.
Pengguna YouTube Eyalx16 mengunggah rekaman video yang menampilkan seorang pria tentara Israel menari-nari diiringi musik khas Arab sebagai aksi melecehkan seorang tawanan wanita Palestina. Dengan mata yang ditutupi kain, perempuan dalam video itu hanya bisa pasrah sambil merapatkan badannya ke dinding.
Video yang diunggah April 2008 tersebut ditampilkan hari Senin (6/10) oleh televisi Israel Channel 10.
Kepada koresponden Maan, di rumahnya di desa Nuba sebelah barat Hebron, Ihsan Dababisa menceritakan kembali pengalaman pahit ditangkap Israel.
Dababisa mengatakan awalnya ia ditahan di pos pemeriksaan Atzion pada pukul 8 pagi tanggal 11 Desember 2007. Kemudian ia dimasukkan ke dalam jeep militer dengan tangan diborgol dan wajah ditutupi kain. Dia dibawa ke lapangan tempat tahanan di Atzion, di mana sekelompok tentara Israel sedang berkumpul.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara musik yang keras dan salah seorang prajurit berusaha untuk merabanya. Dababisa terus merapatkan diri ke dinding. Lalu seorang prajurit lainnya datang sambil membawa sebotol anggur dan menawarkan padanya. Ketika dia menolak, pria itu lantas melecehkan dirinya.
Pria itu terus menyerang Dababisa seperti anjing kesetanan.
“Mereka mulai memukuli saya dengan popor dan gagang senapan. Salah seorang tentara membenturkan kepala saya ke besi jeep militer hingga pingsan. Ketika sadar, saya berada di hadapan seorang dokter wanita berpakaian seragam militer. Setelah memeriksa, mereka memindahkan saya ke tempat interogasi, di mana perjalanan saya disiksa dan dihinakan bermula.”
“Petugas yang mulai menginterogasi saya bernama Beran. Dia mengancam akan menghancurkan rumah keluarga dan menangkapi saudara-saudara saya. Interogasi berlangsung selama dua jam. Setelah itu saya diindahkan ke tempat interogasi lain dengan mata ditutup. Saya menduga itu kompleks orang Rusia, di sana ada tiga penyidik.”
“Begitu saya tiba mereka langsung menghina dan menghujat dengan kata-kata yang tidak ingin saya ucapkan. Salah seorang di antara penyidik menjambak rambut saya. Selama itu tangan saya diborgol. Interogasi berlangsung hingga pukul 11 malam, lalu mereka memindahkan saya ke penjara Hasharon, di mana mereka menuduh saya mencoba untuk menusuk seseorang dan terkait dengan Jihad Islam. Pengacara dari kelompok pembela tahanan membantu saya dan akhirnya saya dihukum 22 bulan penjara. Saya dibebaskan tanggal 6 September 2009.”
Lebih dari setahun setelah dibebaskan, Dababisa tiba-tiba melihat dirinya menjadi berita di media.
“Mereka membicarakan saya, saya tidak percaya dengan apa yang saya lihat. Hampir saya pingsan. Saya menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam meskipun hanya sekejap. Semua kenangan ketika berada di antara sekelompok tentara kriminal yang sadis dan korup yang tidak berperikemanusiaan memenuhi kepala saya.”
Dababisa mengatakan dirinya tidak akan tenang “hingga para prajurit itu dijatuhi hukuman di pengadilan, sebagai contoh bagi siapa saja yang berani mempermalukan atau melecehkan tahanan Palestina.”
Sayangnya, kita semua tahu bahwa harapan wanita Palestina berusia 24 tahun itu sangat kecil kemungkinannya bisa terwujud.[di/maan/hidayatullah]