Hidayatullah.com–Pekerja Afrika yang terjebak di Libya adalah orang asing yang paling riskan di tengah-tengah kekacauan di Libya, demikian dikatakan kepala UNHCR.
“Ada ratusan ribu pekerja Afrika di Libya, dan sangat sedikit yang terlihat di pintu perbatasan,” kata pimpinan UNHCR Antonio Guterres kepada Al-Jazeera sebagaimana dilansir Reuters (5/3).
“Kami menerima banyak telepon dari orang-orang yang terjebak situasi genting, takut meninggalkan rumah mereka. Situasi komunitas Afrika di dalam Libya seperti inilah yang sekarang menjadi perhatian terbesar kami.”
Kata Guterres, Muammar Qadhafi menggunakan tentara bayaran dari orang-orang Afrika, sehingga menimbulkan kecurigaan umum terhadap setiap orang asal Afrika sub-Sahara.
Jumlah orang yang menyebrang ke Tunisia turun tajam dari 15.000 orang setiap harinya menjadi sekitar 1.800 pada hari Jumat dan “relatif kecil” pada hari Sabtu. Di perbatasan sisi Libya terihat banyak polisi dan tentara, dan tidak jelas apakah orang-orang yang berusaha mencapai pintu perbatasan akan ditahan di tengah perjalanan.
Menurut Guterres, ribuan orang Afrika menunggu di perbatasan Bengazhi untuk keluar dari Libya, namun sebagian tidak diperbolehkan naik ke kapal-kapal yang dikirim oleh berbagai negara untuk mengevakuasi warganya. Dia meminta agar negara-negara tersebut bisa berbuat apa yang mereka bisa guna menolong orang-orang Afrika tersebut.
“Saya yakin ribuan nyawa, ratusan ribu nyawa berada dalam bahaya.
Jika Libya terperosok dalam perang saudara, “orang-orang Libya dalam jumlah besar akan berbondong-bondong meninggalkan negara itu, kata Guterres.*