Hidayatullah.com–Pengadilan HAM Eropa hari Jumat (18/3) mengeluarkan keputusan final bahwa kayu salib boleh ditempatkan di ruang kelas sekolah-sekolah umum Eropa.
Sebagimana dilansir Associated Press, keputusan tersebut membatalkan keputusan yang digugat pada Nopember 2009, yang menyatakan pemasangan salib di ruang kelas dapat mengganggu murid-murid non-Kristen dan ateis. Dipimpin oleh Italia, beberapa negara Eropa menggugat larangan pemasangan salib di kelas.
“Sentimen rakyat di Eropa menang hari ini,” kata Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini, menyambut baik keputusan hakim.
Anggota Dewan Eropa yang berjumlah 47 negara, pengawas HAM Eropa, semuanya wajib mengikuti keputusan pengadilan hari Jumat (18/3) itu.
Pengadilan HAM Eropa di Strasbourg, Prancis, dalam keputusannya menyebutkan, sekolah-sekolah umum Italia tidak melakukan kesalahan apapun dengan menggantungkan salib di ruang kelas mereka, dalam kasus yang membuat negara Eropa penganut Katolik dengan negara tetangganya yang lebih sekuler terpecah.
Kasus salib di ruang kelas pertama kali dibawa ke pengadilan oleh Soile Lautsi, seorang ibu kelahiran Finlandia yang mengatakan sekolah-sekolah Italia di tempatnya menolak untuk menyingkirkan simbol-simbol Katolik Roma dari ruang kelas. Menurutnya, pemasangan salib melanggar prinsip sekuler yang seharusnya dijunjung tinggi oleh sekolah-sekolah umum.
“Kebebasan beragama, kebebasan dari diskriminasi, kebebasan memilih adalah prinsip-prinsip dasar dan dalam kasus ini semua itu tidak dihormati,” kata Massimo Albertin, suami Lautsi yang bersama keluarganya tinggal di Abano Terme dekat Padua, Italia.
Albertin yang mengaku ateis, mengatakan bahwa keputusan pengadilan yang membolehkan salib di ruang kelas tersebut menunjukkan “Vatikan terlalu kuat untuk dilawan oleh individu.”
Meskipun nama Lautsi yang tercantum dalam surat tuntutan, namun sesungguhnya tuntutan itu merupakan tindakan kolektif dari sejumlah orang.
Tahta Suci Vatikan tentu saja senang dengan keputusan pengadilan HAM Eropa.
Kardinal Gianfranco Ravasi, salah pejabat tinggi Vatikan untuk urusan kebudayaan mengatakan bahwa salib adalah “salah satu simbol terbesar di Barat.”
Salib, katanya, “adalah simbol peradaban, meskipun Anda tidak mengakuinya menurut kepercayaan Anda.”*