Selasa, 6 September 2005
Hidayatullah.com–Setelah penarikan pemukim Yahudi dari Jalur Gaza dan sebagian Tepi Barat, Israel agresif menggalang dukungan dari komunitas muslim dunia. Kemarin Menlu Israel Silvan Shalom membeberkan rencana pengiriman delegasi papan atas mereka ke Tunisia, November nanti. Selain ke Tunisia, Israel juga mengirimkan pesan soal keinginan menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia, yang dilayangkan baru-baru ini.
Israel memilih untuk merintis hubungan tersebut dengan Tunisia dan Indonesia karena dikenal sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Dengan terbuka, mereka menyampaikan niat untuk bekerja sama meskipun dalam tingkat yang paling rendah sekalipun.
November nanti, Shalom akan hadir dalam konferensi PBB di Tunisia. Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel Mark Regev, sambil menghadiri konferensi tersebut, Israel akan berupaya untuk memperbarui hubungan mereka dengan negara di Afrika Utara itu.
Harian Yediot Aharonot di Israel melaporkan, selain dengan Pakistan, Israel telah mempunyai kantor hubungan tingkat rendah di Dubai. Beberapa orang Israel bekerja di sana untuk mengoperasikannya. Ini disebutkan sebagai hasil ari pembicaraan rahasia selama setahun.
Hubungan tingkat rendah Israel dengan Tunisia putus setelah pecah konflik berkepanjangan dengan Palestina September 2000 akibat kunjungan Ariel Sharon ke Masjid Al Aqsa di Al Quds (Jerusalem).
Saat ini, Israel hanya mempunyai hubungan diplomatik penuh dengan empat negara yang penduduknya mayoritas muslim, yakni Mesir, Jordania, Turki, dan Mauritania.
Beberapa hari lalu hubungan diplomasi juga dilakukan Israel dengan pihak pemerintahan Pakistan. Shalom bertemu dengan Menlu Pakistan Khursheed Mehmood Kasuri di Ankara, Kamis pekan lalu.
Namun hubungan itu membuahkan protes warga Muslim Pakistan dan ulama Palestina. Sehari setelah pertemuan itu, demonstrasi marak di beberapa kota. Bahkan, anggota parlemen dari kelompok penentang melakukan walk out. Kemarin, demo juga berlangsung di Karachi.
Di Indonesia, menyangkut hubungan diplomatik dengan Israel merupakan masalah yang paling sensitif. Beberapa kali pejabat Indonesia secara diam-diam berusaha melakukan langkah hubungan namun tersandung protes mayoritas umat Islam yang masih menganggap Israel adalah bangsa penjajah.
Meski demikian, pemerintah Indonesia juga berusaha menjalin hubungan. Ketika dipimpin Gus Dur, Indonesia bahkan dikabarkan telah berhubungan dengan Israel secara diam-diam.
“Sebagaimana kita ketahui, loby Yahudi-Amerika terutama di Wall Street sangat kuat. Sehingga dengan demikian dapat menarik simpati mereka. Paling tidak, Gus Dur mau, di bawah pemerintahannya pemulihan ekonomi dapat belangsung lebih cepat. Menurutnya, kenapa kita mesti munafik, padahal kita sendiri sudah memiliki hubungan dagang dengan Israel, hanya saja perlu untuk ditingkatkan, “ ujar Alwi Shihab dalam sebuah wawancara dengan www.tokohindonesia.com.
Alwi ketika itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia dan merupakan orang paling berwenang dalam hubungan dengan Israel.
Bagaimanapun, isu hubungan diplomatik dengan Israel ini tetap akan menjadi isu rawan, khususnya bagi umat Islam Indonesia. (ap/jp/hid/cha)