Hidayatullah.com—Pemberontak Libya hari Senin (11/4) menolak inisiatif Uni Afrika untuk gencatan senjata yang diterima oleh Muammar Qadhafi, dan mengatakan, satu-satunya solusi adalah penyingkiran orang kuat itu –suatu sikap yang dianggap putra Qadhafi sebagai ‘konyol’.
Penolakan pemberontak datang setelah pimpinan NATO memperingatkan bahwa setiap kesepakatan harus ‘kredibel dan dapat diverifikasi”, ketika pesawat tempur aliansi kembali beraksi menyerang pasukan pendukung Qadhafi di Ajdabiya dan Misrata.
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton tetap bertahan pada tuntutan AS agar Qadhafi turun dan meninggalkan Libya sebagai bagian dari transisi yang damai. Ia menolak mengomentari kesepakatan yang diusulkan Uni Afrika sebelum mendapatkan informasi sepenuhnya.
Putra Qadhafi, Seif al-Islam mengakui bahwa sudah waktunya untuk ‘darah baru’ [era baru) di Libya, tetapi menyangkut permintaan mundur untuk ayahnya, ia menyebutkan sebagai ‘konyol.
“Pimpinan Libya tidak ingin mengendalikan lagi semuanya. Dia sudah pada usia lanjut. Kami ingin membawa elit baru anak-anak muda masuk ke dalam program memimpin negara dan memimpin urusan-urusan dalam negeri,” katanya kepada jaringan BFM-Prancis.*