Hidayatullah.com–Hari Jumat (17/9/2010), Malaysia mulai membuka sekolah pertama untuk remaja yang sedang hamil. Sekolah khusus ini bagian dari upaya menekan angka pembuangan bayi.
Menteri Kepala Negara Bagian Malaka, Datuk Mohamad Ali Rustam mengatakan kepada BBC, angka remaja yang hamil di luar pernikahan tahun lalu mencapai 390 di Malaka saja tahun lalu, dan dalam enam bulan tahun ini lebih 170.
Tingginya angka remaja yang hamil di luar nikah ini menyebabkan angka pembuangan bayi meningkat.
Sekolah berasrama yang diberi nama Harapan ini terletak di daerah perbukitan di luar kota Malaka. Daya tampung sekolah mencapai 40 siswa dan asramanya bisa menampung 20 orang.
Sejumlah kalangan mengatakan Sekolah Harapan ini justru akan meningkatkan jumlah remaja hamil di luar pernikahan.
Namun Ali Rustam menepis kritikan itu dengan mengatakan angka pembuangan bayi meningkat karena para remaja yang hamil, baik yang menikah ataupun yang belum menikah, tidak memiliki tempat untuk melanjutkan sekolah.
Kepala sekolah Rahaman Karim mengatakan, “Islam dan agama lain memberikan kesempatan orang untuk bertobat. Kami memberi kesempatan untuk itu,” katanya.
“Langkah ini adalah sesuatu yang baru untuk masyarakat kami, jadi orang masih menimbang pro dan kontra,” tambahnya.
Sejauh ini menurutnya ada enam permintaan tempat untuk sekolah itu dari seluruh Malaysia.
Menteri Kepala Malaka, Mohamad Ali Rustam, yang pertama kali mengusulkan pembentukan sekolah mengatakan masalah pembuangan bayi ini merupakan persoalan besar.
Pada tahun 2009 terdapat 79 kasus pembuangan bayi dan tahun ini saja, sekitar 70 bayi yang diterlantarkan di Malaysia, ada yang ditinggalkan di depan rumah orang, di tempat sampah atau di toilet.
Selain pemeriksaan kesehatan, para remaja juga akan mendapatkan bimbingan agama serta privasi.
Kerahasiaan akan dijamin karena menurut polisi, bayi-bayi yang dibuang ini sebagian besar adalah hasil hubungan di luar nikah. Sejumlah bayi hasil hubungan di luar nikah ini diadopsi.
Ada tentanganMenteri urusan wanita Malaysia menentang gagasan sekolah remaja hamil ini.
Ia mengatakan kepada BBC, sekolah seperti itu akan semakin menjauhkan remaja-remaja terkait dari masyarakat.
Menurutnya, akar permasalahan adalah kurangnya pendidikan seks di sekolah-sekolah.
Kementerian wanita Malaysia menyerukan agar pendidikan seks diterapkan di sekolah-sekolah.
Namun sejumlah organisasi agama menentang gagasan itu karena menurut mereka akan meningkatkan jumlah remaja yang hamil di luar nikah.
Mohamad Isa Abdullah dari Departemen Agama sebagaimana dilansir AFP mengatakan, “Hamil di luar nikah berdosa, tapi kami tidak ingin menekankan pada hal itu, kami ingin agar mereka berubah menjadi Muslim yang lebih baik.”
Meskipun Sekolah Harapan diurus oleh lembaga Islam, namun tidak hanya diperuntukkan bagi siswa Muslim. Mereka yang non-Muslim juga bisa bersekolah di sana, hanya saja kelas konsultasi keagamaan diganti dengan pelajaran tentang moral.
Cara lain yang ditempuh Malaysia untuk mengurangi kasus pembuangan bayi yaitu dengan membuka “pusat penampungan bayi” pada bulan Mei silam. Di pusat itu para ibu bisa meninggalkan bayi yang tidak diinginkannya tanpa harus meninggalkan identitas. Pusat layanan semacam ini ditiru dari Jerman, Jepang dan Pakistan. Bayi pertama yang mereka terima pada bulan Juni, kini telah diadopsi oleh sepasang suami-istri yang dipilih dari daftar panjang peminat adopsi.
Para pejabat di Malaysia juga mengatakan mereka akan mengizinkan pernikahan anak perempuan di bawah 16 tahun.[di/bbc/afp/hidayatullah.com]