Hidayatullah.com—Masyarakat Jepang dikenal dengan budaya ‘gila kerja’ , sampai-sampai hak wanita hamil saja diatur oleh sang majikan.
Baru-baru ini laporan media menyebutkan seorang wanita Jepang dikecam oleh majikannya karena dia hamil pada giliran yang tidak sesuai jadwal yang ditentukan.
Seorang wanita yang bekerja di pusat pengasuhan anak di Aichi Jepang, meminta maaf karena dituduh egois, tidak mengikuti jadwal kehamilan, sebagaimana yang sudah ditetapkan perusahaan.
Baca: Dipaksa Sterilisasi, Wanita Jepang Gugat Pemerintah Jepang
Daftar ini juga termasuk jadwal giliran (shift) para pekerja perempuan untuk mendirikan rumah tangga dan melahirkan.
Seorang suami, menulis surat terbuka kepada surat kabar terkemuka di Jepang, Mainichi Shimbun, menggambarkan bagaimana istrinya merasa ‘murung dan cemas’ tentang kehamilannya.
Dia menulis, “Direktur di pusat penitipan anak tempat dia bekerja telah menentukan urutan di mana pekerja bisa menikah atau hamil, dan tampaknya ada aturan yang tidak diucapkan bahwa seseorang tidak boleh mengambil ‘giliran’ mereka sebelum (jadi) seorang anggota staf senior.”
“Penyedia perawatan anak mengorbankan anak-anak mereka sendiri untuk merawat anak-anak orang lain. Itu adalah profesi mulia yang mengasuh anak-anak yang akan menempa masa depan negeri ini. Saya menghormati istri saya atas komitmennya pada profesinya, dan terus mendukungnya,” sambung sang suami.
Laman Inggris, the Telegraph melaporkan bahwa perempuan di negara itu harus menghadapi budaya kerja yang sulit karena diskriminasi gender. Dalam pertemuan ‘World Assembly for Women (WAW)’ di Tokyo pada 28-29 Agustus 2015, PM Abe berjanji untuk membuat perempuan Jepang lebih bersinar dalam dunia kerja.
Kasus ini banyak melahirkan mengkritik dan tuduhan bahwa aturan tersebut melanggar hak-hak kemanusiaan.*