Hidayatullah.com–Perang melawan teror ‘palsu’, yang telah menjadi dasar bagi ideologi rasisme, terkait erat dengan kebijakan-kebijakan partai berkuasa di negara-negara bersangkutan, kata seorang penulis dan analis politik.
“Perang melawan teror telah menjadi dasar bagi ideologi rasisme, Islamofobia, dan iklim represi masif,” kata Ralph Schoenman dalam sebuah wawancara, Rabu (27/7).
Pemerintah di Eropa telah menyuapi ketakutan terhadap Islam melalui langkah-langkah seperti melarang penggunaan jilbab wajah di jalanan, yang bertujuan memenuhi tuntutan mayoritas non-muslim, sebagai bentuk kewaspadaan atas meningkatnya populasi Muslim di benua tersebut.
Penulis itu menambahkan bahwa “iklim” tersebut diciptakan oleh “perang melawan teror palsu dan Islamophobia” itu.
Ia menyebut perlakuan terhadap agama terbesar kedua di dunia itu sebagai suatu gerakan fasis, dan langkah-langkahnya dapat diamati.
“Gerakan-gerakan fasis tidak muncul dalam ruang hampa … Mereka terkait erat dengan sikap politik partai yang berkuasa dan badan pemerintah di negara-negara yang bersangkutan.”
Belgia melarang cadar dengan alasan keamanan, sebagaimana disebutkan pihak yang berwenang. Prancis, yang merupakan ‘rumah’ dengan populasi Muslim terbesar di Eropa Barat, memiliki hukum yang sama, dan Swiss telah melarang menara masjid.
Di Rusia, dinding satu masjid di kota Berezovsky, dirusak kemarin malam dengan tulisan grafiti berbunyi: “Rusia untuk orang Rusia!”.*