Hidayatullah.com–Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh mengatakan dalam sebuah wawancara yang disiarkan Jum’at (30/9) bahwa dia hanya akan turun dari kekuasaan, jika kelompok oposisi tidak mengambil alih jabatannya.
“Sebab jika kami menyerahkan kekuasaan dan mereka ada di sana, ini artinya kami menyerah terhadap kudeta,” kata Saleh kepada Washington Post dan majalah Time.
Lebih dari 100 orang telah terbunuh dalam kekerasan di ibukota Sanaa selama 2 pekan. Pasukan loyalis pemerintah adu tembak melawan pasukan pemberontak yang dipimpin Jenderal Ali Mohsen dan pasukan suku-suku yang dipimpin Sadeq Al Ahmar. Kedua orang tersebut tergabung dalam kelompok oposisi.
Saleh menginginkan agar Mohsen, yang pembelotannya pada bulan Maret membuat pukulan besar terhadap pemerintah, dan Ahmar beserta saudara laki-lakinya Hamid dikecualikan dari jabatan di pemerintahan.
Tuntutan Saleh itu sulit dipenuhi, karena Hamid Al Ahmar telah menyatakan keinginannya untuk menjadi presiden. Sementara Mohsen memegang komando sebagian besar pasukan di negara itu.
Saleh mengatakan bahwa pihaknya tidak memperlambat kesepakatan dan menyalahkan oposisi atas penundaannya. Ia juga mengatakan tidak akan ikut dalam pemilihan presiden lagi, sebagaimana yang direncanakan negara-negara Teluk.
“Buat saya, saya akan pensiun — karena oposisi telah membantu presiden mendekati masa pensiunnya lewat tindakan kriminal yang terjadi di masjid kepresidenan,” katanya.
Saleh menduga suku Mohsen dan Ahmar terlibat dalam pemboman di kompleks kerpresidenan, yang menyebabkan dirinya mengalami luka bakar cukup parah. Menurutnya kedua orang itu bisa dituntut, sambil menunggu hasil penyelidikan Amerika Serikat atas kejadian itu.*