Hidayatullah.com—Akhirnya NATO dan Barat mengaku jujur atas intervensinya menghancurkan Libya. Sekretaris Jendral Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Anders Fogh Rasmussen, hari Senin (31/10/2011) kemarin, memuji berakhirnya intervensi militer aliansi di Libya, yang membantu ke arah penggulingan dan kematian Muamar Qadhafi.
“Hebat berada di Libya, Libya yang bebas,” kata Rasmussen pada jumpa pers di Tripoli, ibu kota Libya.
“Kami bertindak untuk melindungi anda. Bersama-sama kita berhasil. Libya akhirnya bebas, dari Benghazi ke Brega, dari Misrata ke Pegunungan Barat dan ke Tripoli,” katanya.
Dikutip Antara, Rasmussen menyatakan bangga atas peranan yang dimainkan NATO dalam pemberontakan tujuh bulan melawan Qadhafi, dimana pesawat dan kapal NATO melancarkan serangan-serangan terhadap pasukan orang kuat Libya itu.
“Pada tengah malam ini babak berhasil dalam sejarah NATO akan berakhir. Anda sudah mulai menulis sebuah babak baru dalam sejarah Libya. Para komandan kami sangat berhati-hati untuk memastikan bahwa kami tidak melukai anda atau keluarga anda,” kata pemimpin NATO dalam kunjungannya ke Libya itu.
NATO mengakhiri misinya di Libya pada tengah malam 31 Oktober dan tidak akan memainkan peranan besar di negara itu setelah konflik.
Keputusan Dewan Keamanan PBB pada Kamis (27/10/2011) lalu, untuk membatalkan mandat NATO untuk misi militer tujuh bulan yang mengarah pada penggulingan Qadhafi, memberi persekutuan itu alasan kuat untuk mengakhiri misinya di Libya.
Dewan Keamanan PBB memutuskan membatalkan mandat NATO meski pemerintah sementara Libya meminta DK menunggu keputusan Tripoli apakah akan meminta bantuan NATO mengamankan perbatasannya.
Libya era Qadhafi digempur pasukan internasional sesuai dengan mandat PBB yang disahkan pada 17 Maret 2011.
Sebanyak 21 kapal NATO berpatroli aktif di Laut Tengah sebagai bagian dari penegakan embargo senjata terhadap Libya.
Aliansi 28 negara sejak 31 Maret itu, juga memimpin serangan-serangan udara terhadap pasukan darat rejim Qadhafi.
Resolusi 1973 DK PBB disahkan ketika kekerasan dikabarkan terus berlangsung di Libya dengan laporan-laporan mengenai serangan udara pasukan Qadhafi, yang membuat marah Barat.
Qadhafi (68), pemimpin terlama di dunia Arab dan telah berkuasa selama empat dasawarsa yang bersikeras akan tetap berkuasa meski ditentang banyak pihak, diumumkan tewas oleh Dewan Transisi Nasional (NTC) pada Kamis (20/10/2011).
Keresahan internasional semakin meningkat berkaitan dengan kondisi tidak jelas seputar kematian Qadhafi yang tampaknya dieksekusi, setelah kota kelahirannya di Sirte dikuasai pasukan NTC pada Kamis.
Sejumlah pihak, termasuk Ketua Komisi HAM PBB Navi Pillay, menyerukan penyelidikan untuk mengetahui kebenaran seputar kematian orang kuat di Libya itu.*