Hidayatullah.com–Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May menetapkan organisasi Islam Muslims Against Crusades (MAC) sebagai organisasi terlarang, Kamis (10/11/2011).
Keputusan itu diberlakukan hanya satu hari sebelum MAC melakukan unjuk rasa pada peringatan berakhirnya Perang Dunia I besok, Jumat 11 November.
Theresa May mengatakan MAC hanya sekedar nama baru dari sebuah organisasi yang sudah dilarang walau berulang kali mengganti nama.
“Organisasi ini dilarang tahun 2006 karena memuja terorisme dan kami membuat amat jelas kalau mereka tidak boleh meneruskan kegiatannya hanya dengan mengganti nama,” jelas Theresa May, dikutip BBC.
Dengan keluarnya larangan resmi dari Kementerian Dalam Negeri, maka keanggotaan maupun dukungan atas kelompok tersebut menjadi pelanggaran hukum.
MAC dianggap sebagai reinkarnasi terbaru dari organisasi yang awalnya didirikan oleh Omar Bakri Mohammed, yang mengungsi ke Inggris enam tahun lalu. Nama-nama yang sebelumya dipakai MAC yaitu Al-Muhajiroun, Al Ghurabaa, Islam4UK, Call to Submission, Islamic Path, London School of Sharia dan The Saved Sect or Saviour Sect.
Walau berganti nama beberapa kali, organisasi itu tetap dilarang.
Salah seorang tokoh di MAC, Anjem Choudary, menuduh pemerintah Inggris berupaya untuk menyembunyikan kebenaran.
“Saya kira ini kegagalan yang hina dari demokrasi dan merupakan kemenangan bagi syariah Islam,” katanya.
‘Muslims Against Crusades’, Muslim menentang Perang Salib, ingin mengulang aksi unjuk rasa mereka tahun lalu.
Dalam aksi unjuk rasanya pada tahun 2010, para anggota MAC membakar emblem bunga poppy sambil antara lain memekik ‘Tentara Inggris, dibakar di neraka’, di depan gedung Royal Albert Hall, di pusat kota London. Bunga poppy adalah lambang untuk mengenang tentara Inggris yang tewas pada PD I.
Akibat unjuk rasa tersebut, salah seorang anggotanya dinyatakan bersalah melanggar ketertiban umum.
Dalam situs internetnya, MAC mengatakan akan membuat acara hening cipta pada Jumat 11 November akan ‘kurang hening’.
“Kami akan memimpin kampanye untuk mengangkat kekejaman yang sudah dilaksanakan dan akan terus dilaksanakan atas umat Islam di Afghanistan atau Iraq, maupun penyiksaan brutal di kamp-kamp konsentrasi Teluk Guantanamo dan Abu Ghraib oleh Amerika Seriikat, Inggris, dan sekutunya.”
Setelah adanya pengumuman menteri dalam negeri itu, Anjem Choudary tidak bisa memastikan apakah unjuk rasa menentang peringatan pahlawan Inggris akan tetap berlangsung.
Setiap orang yang ikut unjuk rasa sebagai anggota maupun pendukung MAC diancam hukuman penjara maksimal 10 tahun.*