Hidayatullah.com— Meski keadaan amat mempritinkan, akibat diblokade total oleh pemberontak Syi’ah Al Houti (Al Khutsiyin),sekitar 100 lebih santri asal Indonesia yang tengah belajar di Dar Al Hadits, Dammaj, Yaman menolak dievakuasi pihak pemerintah Indonesia (Kedutaan Besar Indonesia/KBRI).
“Mereka malah berkeras bertahan di sana sampai titik darah penghabisan,” kata Kepala Kantor KBRI di Yaman, Agus Budiman dikutip tempointeraktif, Jumat (02/12/2011).
Alasan kuat untuk bertahan, tak lain adalah ingin “berjihad” melawan serangan kelompok pemberontak Syi’ah yang dikenal penentang pemerintah Yaman ini. Selain itu, juga keputusan pemimpin utama pesantren Dar Al Hadits, Syeih Yahya al Hajuri, untuk melawan kaum pemberontak.
Alasan ini juga disampaikan beberapa murid Syeikh Yahya di Indonesia dan memiliki santri yang masih bertahan di Dar al Hadits.
“Kemungkinan ada sekitar 100-an anak dari Indonesia diperkirakan di sana. Mereka tetap bertahan untuk melanjutkan perjuangan. InsyaAllah, kasusnya jauh lebih besar dari Ambon, “ ujar Ahmad, kepada hidayatullah.com, Jumat (02/12/2011), salah satu pengelola web Isnad.net, yang berafiliasi dengan Dar Al Hadits, yang juga terus memberitakan kabar terakhir kondisi Dammaj ini.
Sebelumnya telah diberitakan, 25 santri Dar al Hadits telah menjadi korban serangan pemberontak Syiah. Dua di antaranya adalah warga negara Indonesia. Mereka adalah Muhammad Shalih (30) dan Jumairi Abdullah (24). Mereka meninggal hari Sabtu, disebabkan terkena pecahan mortir di bagian kepala dan dada. Shalih berasal dari Sumatera Utara dan Jumairi berasal dari Banda Aceh.
Terjebak
Yang agak menghawatirkan adalah pasokan makanan dan obat di Kota Dammaj, Provinsi Sa’dah, Yaman, yang digempur pemberontak Syiah al-Houthi semakin menipis.
Kedutaan Besar di Ibukota, Sanaa, tidak bisa berbuat banyak dalam memberikan bantuan kepada WNI yang terkepung.
Akibat blokade pemberontak Syiah, suplai makanan terhambat, dan stoknya menipis. Termasuk listrik dan akses komunikasi.*