Hidayatullah.com–Malam hari terakhir pemungutan suara ulangan tahap pertama, Selasa (6/12), situasi Lapangan Tahrir tetap dipenuhi dengan tenda-tenda dan spanduk. Situasi seperti ini terus berlanjut sejak pecahnya demonstrasi besar-besaran kedua, menuntut Dewan Tertinggi Militer menyerahkan kekuasaan secara penuh kepada rakyat sipil.
Rupa-rupanya, diselenggarakannya pemilu legislatif tahap pertama kemarin tidak mengubah situasi Lapangan Tahrir.
Udara malam di musim dingin ternyata tidak mengurangi semangat mereka memutuskan berdiam di Lapangan Tahrir. Banyak juga yang memanfaatkan suasana seperti ini dengan menjual jajanan dan minuman teh hangat.
Berdemonstrasi kelihatannya sudah seperti piknik saja. Bahkan terlihat juga ibu-ibu muda memasang tenda dengan anak-anaknya. Ada juga datang ke sana hanya sekedar foto-foto sama anak-anaknya.
Di tengah bundaran Lapangan Tahrir, terlihat ratusan orang melakukan unjuk rasa, seraya mengusung peti mati sebagai simbol penghormatan kepada para syudaha revolusi. Mereka berjalan dari tengah bundaran menuju ke jalan Muhammad Mahmud, lokasi bentrokan berdarah antara petugas keamanan dengan demonstrans.
Namun tidak semua orang ikut serta dalam barisan itu. Sebagian besar mereka juga hanya melihat-lihat apa yang terjadi di Lapangan Tahrir saja.
Menurut salah seorang aktivis, mereka akan terus berdemonstrasi sampai Dewan Tertinggi Militer menyerahkan kekuasaan secara penuh kepada rakyat sipil. “Kami akan terus di sini sampai militer menyerahkan kekuasaan,” ujar Muhammad, mahasiswa kedokteran di Universitas ‘Ain Syam.
Bagi Muhammad, demonstrasi di Abbasiyah yang mendukung Dewan Tertinggi Militer tidak ada apa-apanya dan hanya omong kosong belaka. “Rakyat sesungguhnya berada di sini (red: Lapangan Tahrir),” tuturnya.
Mengenai hasil perhitungan pemilu tahap pertama, Muhammad bangga dengan keberhasilan kelompok Islamis. Menurutnya, kelompok Islamis akan terus memenangkan pemilu tahap kedua dan ketiga. Berdasarkan pengumuman Komite Tinggi Pemilihan Umum, kelompok Islamis yang tergabung dari Partai Kebebasan dan Keadilan milik Ikhwanul Muslimin dan Partai Nur milik Salafi memenangi pemilu tahap pertama ini dengan peraihan suara lebih dari 60%.
“Saya dari kelompok Islamis. Dan saya yakin jika parlemen dikuasai kelompok Islamis nanti, Mesir akan lebih baik dari sebelumnya,” tegas Muhammad yang mengaku tahu dan mengidolakan Abubakar Ba’asyir ini.
Menurut Abdullah, teman Muhammad, basis kelompok Islamis berada di daerah-daerah, seperti di Thanta, Kafr Syeikh, Zagazig, Mansoura, Aswan dan lainnya. Sedangkan di Kairo dan Alexandria menjadi basis kelompok sekuler.
Menurut sebagian besar analis, rakyat Mesir sekarang tengah mencoba untuk memberikan kesempatan kepada kolompok Islamis untuk memegang kekuasaan. Artinya, masa depan Mesir tergantung pada kelompok Islamis memainkan perannya. Jika peran ini gagal dijalankan secara baik oleh kelompok Islamis ini dan tidak membawa perubahan kepada Mesir, maka bisa saja kepercayaan rakyat akan menipis.*