Hidayatullah.com–Ratusan warga Yahudi ultraortodoks bentrok dengan polisi di dekat Jerusalem di tengah ketegangan yang meningkat terkait upaya pemisahan antara pria dan wanita.
Seorang polisi terluka dalam bentrokan di kota Beit Shemesh dengan kelompok garis keras yang mengkampanyekan pemisahan perempuan dan laki-laki.
Demonstran ultraortodoks mengejar polisi dan melempar batu ke arah mereka.
Kekerasan ini merupakan rangkaian insiden yang terjadi di Israel dalam beberapa minggu terakhir dan pemerintah menentang upaya kelompok itu untuk memisahkan pria dan wanita di tempat-tempat umum.
Para menteri Israel mengatakan pemisahan ini merupakan langkah ilegal.
Selain dengan polisi, kelompok ultraortodoks juga bentrok dengan kelompok sekuler Israel.
Mayoritas penduduk kota Beit Shemesh, yang berjumlah 80.000 jiwa, tergolong taat beragama dan komunitas ortodoks semakin meningkat.
‘Semakin radikal’
Beberapa spanduk berisi desakan agar pria dan wanita dipisah di tempat umum dicabut oleh polisi namun kemudian dipasang kembali oleh kelompok ortodoks.
Spanduk lain yang dipasang kelompok itu berisi perintah agar wanita memakai baju yang sopan, blus lengan panjang dan rok semata kaki.
Surat kabar Zionis, Haaretz melaporkan juru kamera mereka dilempari.
Dikutip BBC, Hari Ahad (25/12/2011) lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berjanji untuk meredam upaya memisahkan pria dan wanita serta meredam tindakan kekerasan kelompok ultraortodoks terhadap perempuan.
Kekerasan ini terjadi setelah terjadi gelombang insiden di daerah-daerah lain. Dalam satu insiden seorang wanita dipaksa duduk di bagian belakang bus yang mengangkut kelompok ortodoks.
Pegiat hak perempuan mengatakan kelompok yang terdiri dari 10% penduduk Israel menjadi semakin radikal terkait isu pemisahan pria dan wanita.
Sementara itu pihak sekuler merencanakan demonstrasi menentang upaya kelompok ultraortodoks itu kota Beit Shemesh hari Selasa (27/12/2011) ini.*