Hidayatullah.com–Bagi hasil deposito mata uang Rupiah bank syariah menyentuh 8% pada akhir Oktober 2011, di tengah penurunan bunga deposito perbankan konvensional.
Berdasarkan data Bank Indonesia, tingkat rata-rata bagi hasil deposito industri perbankan syariah mencapai 8,05% pada Oktober 2011. Bagi hasil produk simpanan berakad mudharabah tersebut mengalami tren kenaikan sejak Agustus 2011 yang tercatat 6,28%.
Sementara itu, bagi hasil tabungan dan giro industri syariah mengalami penurunan, menjadi masing-masing 2,85% dan 1,45%. Pada bulan sebelumnya rerata bagi hasil tabungan sebesar 2,93% dan giro 1,51%.
Kenaikan bagi hasil deposito tersebut, berbeda dengan situasi yang terjadi pada industri perbankan konvensional. Bunga deposito konvensional mengalami penurunan pada jangka waktu 1 bulan dan 6 bulan serta stagnan pada tenor 12 bulan.
Bunga deposito 1 bulan turun menjadi 6,78% dari bulan sebelumnya 6,84%. Hanya bunga deposito 3 bulan yang mengalami kenaikan dari 7,19% menjadi 7,21% dan merupakan bunga yang tertinggi dari seluruh jangka waktu deposito.
Penurunan deposito perbankan konvensional itu dipengaruhi oleh kebijakan Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan 25 basis points menjadi 6,5% pada 11 Oktober 2011.
Sistem bagi hasil deposito bank syariah berbeda dengan bunga di bank konvensional yang ditetapkan di muka. Keuntungan deposito bank syariah dihitung berdasarkan nisbah (bagi hasil) dengan pendapatan bank dari pengelolaan dana nasabah.
Bambang Widjanarko, Direktur Bisnis PT Bank Negara Indonesia Syariah (BNI Syariah), mengatakan, peningkatan bagi hasil pada Oktober lalu itu dipengaruhi oleh kebutuhan likuiditas perbankan syariah untuk disalurkan kepada pembiayaan dengan margin tebal.
“Namun itu tidak terjadi pada BNI Syariah karena kami mengejar komposisi dana murah yang lebih besar daripada deposito,” ujarnya.
Meski demikian, dia tidak melihat likuiditas industri syariah mengetat pada Oktober lalu. “Beberapa bank memang FDR [finance to deposit ratio/rasio intermediasi] tinggi, namun di industri tidak seperti itu [mengetat],” ujarnya dalam laman Bisnis, Selasa (27/12/2011) .*