Hidayatullah.com–Peristiwa serangan atas menara kembar World Trade Center di New York pada tahun 2011 silam, yang mengkambinghitamkan Islam dan umatnya, ternyata tidak menjadi penghambat bagi pertambahan jumlah masjid di Amerika Serikat. Demikian menurut hasil penelitian terbaru.
“Kami menghitung ada 2.100 lebih sedikit masjid di Amerika. Dan itu merupakan pertambahan yang berarti sejak (tahun) 2000. Jumlah jamaah masjid juga bertambah,” kata Ihsan Bagby, associate professor studi keislaman di Universitas Kentucky.
Bagby merupakan ketua dari tim penelitian “The American Mosque 2011: Basic Characteristics of the American Mosque, Attitudes of Mosque Leaders”, yang dirilis Rabu (01/03/2012) dan dilansir AP.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan, pada tahun 2000 sebelum peristiwa serangan 9 September 2001 di Amerika Serikat terdapat 1.206 masjid. Jumlah tersebut dalam waktu sepuluh tahun meningkat 74 persen menjadi 2.106.
New York, tempat peristiwa 9/11 terjadi, memiliki 257 masjid, diikuti oleh California dengan 246 masjid, Texas 166 dan Florida 118 masjid.
Menurut pendapat 25% imam masjid yang menjadi responden dalam penelitian itu masyarakat Amerika Serikat memiliki sikap menentang terhadap Islam. Angka itu di tahun 2000 lebih tinggi, yaitu mencapai 54 persen.
Sebanyak 76 persen masjid yang berdiri di Amerika Serikat dibangun setelah tahun 1980.
Sponsor penelitian ini terdiri dari beberapa organisasi. Mereka adalah Hartford Institute fo Religion Research (Harftford Seminary), Association of Statistician of American Religious Bodies (ASARB), Council on American-Islamic Relations (CAIR), Islamic Society of Borth American (ISNA), Islamc Circle of North America (ICNA) dan International Institute of Islamic Thought (IIIT).
Komite penelitinya terdiri dari Ihsan Bagby (Associate Professor of Islamic Studies, University of Kentucky), David Roozen (Director, Hartford Institute for Religion Research), Richard Houseal (Association of Statisticians of American Religious Bodies), Nihad Awad (Executive Director, Council on American-Islamic Relations), Zahid Bukhari (President, Islamic Circle of North America), Ingrid Matson (Professor of Islamic Studies, Hartford Seminary), Iqbal Unus (Director, The Fairfax Institute), Safaa Zarzour (Secretary General, Islamic Society of North America), Ihsan Bagby sebagai peneliti dalam survei tersebut.
Penghitungan jumlah seluruh masjid di Amerika Serikat dimulai sejak Juli 2010. Didapati ada 2016 masjid setelah perhitungan selesai. Dari jumlah itu dipilih 727 masjid secara acak untuk dilakukan 524 wawancara. Wawancara terhadap para imam masjid tersebut dilakukan sejak Agustus 2010 sampai Nopember 2011. Margin error yang dipakai -/+ 5 persen.
Peneliti memasukkan masjid Syiah ke dalam perhitungan total jumlah masjid itu. Menurut peneliti, terdapat 7 persen dari seluruh masjid yang ada mengidentifikasikan diri sebagai masjid Syiah. Namun, berdasarkan identifikasi peneliti setelah mendapatkan data semua masjid, terdapat 6 persen masjid Syiah. Dengan demikian, angka 7 persen itu dianggap sebagai angka realistik.
Sama seperti masjid Muslim (Sunni), tempat ibadah orang-orang Syiah tersebar di berbagai wilayah. Namun, sebagian besar tempat ibadah Syiah terletak di wilayah barat Amerika Serikat.
Penelitian itu merupakan bagian dari penelitian luas mengenai kehidupan berjamaah di Amerika Serikat.*