Hidayatullah.com—Sebuah sekolah menengah di China Timur mengeluarkan peraturan berupa sejumlah larangan untuk menghindari munculnya cinta monyet di kalangan para siswanya.
Dilansir oleh China Daily (29/04/2012), dalam pemberitahuannya baru-baru ini sekolah menengah Yueqing Yucai melarang siswa berlainan jenis berbicara berduaan di tempat tersembunyi, seperti di pojokan yang gelap atau di bawah pohon, serta melarang mereka saling memberikan hadiah mahal.
Berpegangan tangan, berpelukan dan berciuman dilarang keras. Siswa putra dan putri bahkan dilarang berjalan berdampingan di halaman sekolah.
“Kami berharap semua siswa dapat tetap berpikir rasional dan menahan diri sampai mereka memasuki masa percintaan dewasa, sehingga mereka mencurahkan perhatiannya hanya untuk belajar dengan sungguh-sungguh,” bunyi pengumuman itu.
Pemberitahuan tersebut mengatakan, jatuh cinta di masa belia akan menggangu pelajaran, dapat mengakibatkan gangguan fisik dan psikis, serta tidak menghasilkan apa-apa.
“Cinta monyet semakin marak sekarang ini dan sulit untuk diatasi,” kata direktur sekolah itu Li Chunlian kepada China Daily. Ia menambahkan, dengan adanya sejumlah aturan itu dapat menghalangi para siswa dari cinta monyet.
Siswa yang melanggar aturan itu akan dikenai hukuman dan orangtua mereka akan diberitahu.
Menurut Li, banyak wali murid yang mendukung peraturan baru itu. Mereka mendorong agar diambil tindakan guna mencegah percintaan ala orang dewasa di kalangan remaja.
Zhang Wu, salah seorang guru, mengatakan bahwa mencegah cinta monyet di kalangan siswa tidak mudah. Meskipun demikian, ia berharap peraturan baru itu sedikit banyak bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Cinta monyet di kalangan siswa tidak jarang menimbulkan perkelahian antar murid.
Sebelum peraturan dibuat, pihak sekolah menanyai para siswa bagaimana cinta monyet itu biasanya berawal. Menurut para remaja itu, benih-benih cinta muncul setelah mereka sering berjalan-jalan dengan temannya di halaman sekolah.
Meskipun mendapat banyak dukungan, termasuk dari kalangan blogger, tidak sedikit yang mengecam peraturan sekolah Yueqing Yucai.
Menurut Xiong Binggi, wakil direktur 21st Century Education Research Institute, sebuah lembaga riset kebijakan non pemerintah, sekolah seharusnya membimbing perilaku para murid dan bukan sekedar menerapkan larangan atas aktivitas mereka.
Yueqing Yucai tetap bersikukuh bahwa aturan yang dikeluarkannya bermaksud baik.
“Kami tahu ada banyak pendapat berbeda dan pada kenyataannya bahkan kami tidak yakin apa efek yang akan ditimbulkan dari aturan itu,” kata pihak Yueqing Yucai. “Namun, apa yang semua kami lakukan adalah untuk membantu para siswa kami.”
Yueqing Yucai tidak sendiri. Tahun lalu, sebuah sekolah menengah di Baoding, Provinsi Hebel, mengeluarkan aturan serupa.
Para siswa yang berlainan jenis harus menjaga jarak sedikitnya 60 cm saat bercakap-cakap di lingkungan sekolah, kecuali saat berada di dalam kelas atau saat acara pertemuan sekolah. Mereka juga hanya diperbolehkan saling bertemu di tempat yang terang dan terbuka.*