Hidayatullah.com–Presiden Recep Erdogan menegaskan keengganan Turki untuk bergabung dengan koalisi yang ia sebut ‘teroris’. Mereka adalah Unit Perlindungan Rakyat (YPG) dan sayap politiknya, Partai Persatuan Demokrasi (PYD), dalam upaya mengusir ISIS dari bentengnya di Raqqa Suriah.
Turki, yang merupakan anggota NATO dan bagian dari koalisi AS dan Arab Saudi dalam memerangi ISIS, enggan bergabung karena mereka menganggap PYD dan YPG merupakan organisasi “teroris”.
“Kementrian Luar Negeri dan otoritas militer kami sedang berdiskusi dengan Amerika Serikat tentang masalah Raqqa. Kami mengajukan pada mereka syarat-syarat kami,” ujar Erdogan pada para wartawan setelah kepulangannya dari pertemuan PBB di New York.
Erdogan mengatakan pentingnya aliansi Turki-AS sebelum menetapkan bahwa ‘jika Amerika Serikat tidak memasukkan PYD dan YPG ke dalam masalah ini, Turki dapat ikut serta’.
Sementara pagi ini, sebuah ledakan terjadi di Turki yang diduga serangan tersebut dilakukan oleh pasukan PKK.
Harapan Amerika Serikat dapat membangun koalisi yang dapat menjembatani pasukan Turki dan Kurdi sepertinya mustahil untuk diwujudkan.
Pemerintah Turki menyambut baik penarikan Kurdi Suriah dari Manbij
Sejumlah besar milisi YPG Kurdi yang berada di wilayah utara kota Manbij ditarik ke timur sungai Euphrates, sebuah langkah yang disambut baik oleh Turki, demikian Wakil Perdana Menteri Numan Kurtulmus mengatakan di depan wartawan pada hari Senin.
Pemerintah Turki telah meminta YPG untuk menyingkir ke timur Euphrates, memandang kelompok yang berhubungan dekat dengan Partai Buruh Kurdi (PKK) di tenggara Turki serta menganggap keduanya organisasi ‘teroris’.
Pada 24 Agustus, Turki melancarkan sebuah serangan mendadak ke wilayah utara Suriah, sedalam 100 km (60 mil) hingga ke Efrin timur untuk menghentikan milisi YPG memperluas kekuasaan mereka.*/Nashirul Haq AR