Hidayatullah.com—Al Arabiya hari Rabu (4/7/2012) merilis sebuah video penyiksaan oleh tentara rezim Bashar Al Assad atas seorang pria muda. Sebelumnya, dalam laporan yang dimuat dalam situsnya pada 28 Juni 2012, Human Rights Watch menampilkan gambar sketsa metode-metode penyiksaan rezim Syiah Alawi Suriah tersebut berdasarkan keterangan saksi korban.
Al Arabiya hanya menampilkan potongan dari adegan penyiksaan yang dilakukan di sebuah pusat penyiksaan di Kafranbel (Kafr Nabil) itu karena dianggap terlalu menyeramkan untuk ditayangkan.
Tampak dalam video, tahanan yang hanya mengenakan celana dalam berwarna hitam dipukuli dengan tali (kabel) berkali-kali, ditampar, dan diinjak-injak tubuhnya.
Sebagian pembaca mengklaim video tersebut palsu.
Namun, laporan Human Rights Watch yang disusun berdasarkan keterangan sekitar 200 saksi korban penyiksaan, menampilkan gambar 6 sketsa penyiksaan serupa, yang paling sering digunakan oleh tentara pendukung Presiden Bashar Al Assad.[Lihat gambar]
Para tahanan menceritakan, tubuh mereka digantung dengan bertumpu pada pergelangan tangan. Sebagian mengatakan bahwa jempol kaki mereka nyaris menyentuh tanah. Sementara lainnya mengaku digantung dengan seluruh badan bertumpu pada pergelangan tangan tanpa menyentuh lantai, sehingga menimbulkan pembengkakan yang parah.
Saksi korban yang lain mengatakan, mereka dipukuli dengan mata ditutup kain. Tentara menyiksa mereka dengan kabel, pecut, pentungan, dan benda-benda lainnya.
Bahkan ada pula yang badan dan kakinya disangkutkan pada lubang ban mobil, sehingga mereka tidak dapat bergerah dan kemudian dipukuli seluruh tubuhnya.
Lainnya ada yang disiksa dengan cara disetrum arus listrik berulang-ulang, seperti yang dialami Hossam, bocah berusia 13 tahun. [Baca berita sebelumnya: Ada Jaringan Tempat Penyiksaan di Suriah]
Suriah saat ini dikuasai rezim Bashar Al Assad, seorang penganut Syiah Alawi.
Pembantaian di Houla yang menelan korban sedikitnya 100 orang pada bulan Mei lalu, terjadi di kawasan pemukiman Muslim (Sunni).
Laporan penyelidik PBB mengatakan bahwa pasukan sipil pendukung rezim Al Assad yang bernama Shabiha, memiliki akses yang lebih baik untuk masuk ke wilayah Houla saat terjadinya pembantaian itu.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Karen Koning Abu Zayd, seorang warga Amerika Serikat yang merupakan anggota komisi dan bekas pimpinan UNWRA (badan kemanusiaan PBB untuk Palestina), mengatakan bahwa banyak warga yang dijadikan target berdasarkan pada keyakinan agama dan kepercayaan mereka.
“Sebelumnya korban dijadikan target berdasarkan apakah ia pro atau anti pemerintah. Komisi penyelidik telah mencatat terjadi peningkatan jumlah kejadian di mana korban dijadikan target karena keterkaitannya dengan agama mereka,” kata tim penyelidik dalam laporannya ke badan PBB. [Baca berita sebelumnya: Pasukan Al Assad dan Shabiha Lakukan Kekerasan Seksual].*