Hidayatullah.com—Sejumlah ulama dan warga Saudi mendesak pihak berwenang agar menindak tegas orang-orang yang mengeluarkan fatwa tanpa memiliki otoritas.
Mereka menegaskan, tindakan tegas itu perlu diambil guna mencegah orang-orang yang berlagak sebagai mufti mengeluarkan fatwa seenaknya berdasarkan pengetahuan yang minim sehingga menyesatkan umat.
“Ini harus dilakukan dalam koordinasi dengan Mufti Besar Syaikh Abdul Aziz Al Asyaikh, yang juga memimpin Komisi Ulama Senior dan Dewan Ifta. Mengeluarkan fatwa tanpa kewenangan merupakan dosa besar,” kata Syaikh Hassan Safar, salah seorang ulama Saudi, mendesak Kementerian Urusan Islam, Waqaf, Dakwah dan Bimbingan bertindak tegas.
“Seorang mufti harus memiliki pengetahuan menyeluruh tentang syariah dan urusan agama, hafal Qur`an, memiliki pemahaman mendalam tentang tafsir Qur`an dan Sunnah,” kata Syaikh Safar kepada Saudi Gazette (9/12/2012).
“Para mahasiswa syariah yang tidak memiliki pengetahuan mendalam soal urusan agama tidak punya wewenang untuk mengeluarkan fatwa,” imbuhnya.
Syaikh Safar menjelaskan, banyak orang mengelabui masyarakat lewat penampilan fisik sebagai mufti. Mereka memelihara jenggot, memendekkan batas bawah pakaiannya, menyikat gigi dengan kayu siwak. Orang-orang seperti itu dangkal pengetahuannya tentang syariat Islam dan bahkan minim pengetahuannya tentang bahasa Arab.
Umar Salim (40) mengaku punya pengalaman mendapat nasehat dari ‘mufti palsu’, yang menyuruhnya membayar zakat harta setelah shalat Idul Fitri. Dia kemudian melakukan saran mufti palsu itu selama tiga tahun, sebelum akhirnya mengetahui bahwa tidak ada waktu khusus untuk pembayaran zakat harta.
Hassan Jabir (49) juga menjadi korban tidak langsung fatwa mufti palsu. Anaknya mendapat masukan tentang banyak larangan di rumah dari salah seorang gurunya. Akibatnya, putranya itu sering bertengkar dengan saudara kandungnya. Adiknya bahkan dipukuli karena menunda waktu shalat. Ketika ditanya, putranya itu mengaku bahwa hal tersebut diajarkan oleh gurunya di sekolah.
“Ketika saya mendatangi sekolah untuk menemui guru itu. Saya baru tahu kalau gurunya itu ternyata guru olahraga,” kata Jabir, seraya menambahkan bahwa guru itu kerap menyampaikan perintah agama dan menyuruh murid-muridnya agar patuh terhadap perintahnya.*