Hidayatullah.com—Perusahaan pertambangan yang terdaftar dalam bursa saham London Eurasian Natural Resources Company (ENRC) menggelontorkan dana US$550 juta untuk membeli saham dalam perusahaan hasil kerjasamanya dengan pengusaha Yahudi Israel, Dan Gertler.
Hal itu dilakukan setelah Dan Gertler, milyuner Yahudi yang dikenal kontroversial, dituduh menjarah kekayaan alam negara Kongo dan menyengsarakan rakyat Kongo dengan meraup untung sebesar US$2,5 milyar dari pertambangan di Kongo. Lebih parah lagi, Gertler minta diusulkan untuk mendapat penghargaan Nobel atas kiprah bisnisnya di Republik Kongo, negara yang dalam daftar PBB termasuk miskin, lansir Guardian (9/12/2012).
ENRC mengakhiri kerjasamanya dengan Gertler setelah mendapat desakan dari banyak pihak termasuk para politisi, investor, dan kelompok kampanye yang meminta ENRC membersihkan dirinya dari bisnis kotor Gertler.
Kerjasama itu berakhir, ketika Gertler menjual semua saham keluarganya yang berjumlah 49,5% di Camrose Resources kepada ENRC, yang sebelumnya telah menguasai sisa saham pertambangan tembaga itu.
Banyak pihak menuding Gertler menggunakan kedekatannya dengan penguasa Kongo untuk mempermudah bisnisnya dan mendapat perlakuan istimewa di negara Afrika yang terkategori terbelakang dan miskin itu. Gertler adalah teman dekat Presiden Kongo Joseph Kabila.
Para anggota parlemen Inggris meminta pemerintah Inggris untuk menghentikan bantuan kepada Kongo, karena pemerintah setempat gagal memakmurkan rakyatnya dari hasil pertambangan sumber daya alam mereka.
Jean Pierre Muteba, pimpinan sebuah LSM pengamat pertambangan Kongo mengatakan, “Dan Gertler benar-benar menjarah Kongo dengan merugikan rakyatnya. Dia memiliki koneksi politik, sehingga perusahaan-perusahaan negara menjual hasil tambang dengan murah kepadanya, yang kemudian dijualnya kembali dengan keuntungan melimpah. Begitu cara dia (Gertler) menjadi milyuner,” kata Muteba.
Gertler adalah cucu dari pengusaha Yahudi yang membuka usaha perdagangan berlian Afrika. Perdagangan berlian Afrika biasa dikenal dengan istilah “blood diamond” (berlian berdarah), karena berlian yang ditambang sama sekali tidak memberikan kemakmuran bagi rakyat setempat dan justru menimbulkan sistem perbudakan. Pelaku bisnis berlian Afrika kebanyakan adalah pengusaha Yahudi. Pasar berlian Eropa sudah menolak belian hasil pertambangan berdarah itu, namun pada kenyataannya batu permata yang menyengasarakan rakyat Afrika itu masih banyak dijual bebas.*