Hidayatullah.com—Program berita mendalam yang meliput tentang penurunan angka kelahiran imigran Ethiopia di Israel, mengungkap kenyataan adanya pemaksaan pemakaian alat kontrasepsi terhadap para wanita Ethiopia yang ingin pindah ke negara Yahudi itu.
Association for Civil Rights in Israel (ACRI) menindaklanjuti laporan bulan Desember itu ke Kementerian Kesehatan Israel. Namun, mereka justru mendapat jawaban yang terkesan sangat hati-hati disampaikan oleh kementerian tersebut.
Sebagaimana dilaporkan, para wanita Ethiopia yang ingin pindah ke Israel akan ditolak permohonan imigrasinya jika tidak mau disuntik obat pencegah kehamilan Depo Provera.
Menanggapi kabar itu, Kementerian Kesehatan Israel berdalih bahwa imigran seharusnya tidak disuntik paksa tanpa sepengetahuan orang bersangkutan.
Kementerian meminta agar para dokter menjelaskan kepada pasiennya tentang alat kontrasepsi itu, apa dampak dan efeknya jika disuntikkan kepada mereka.
“Tentu saja ini harus dilakukan sesuai dengan cara yang patut, dan jika perlu melalui perantara atau melalui layanan penerjemah medis,” imbuh kementerian.
Meskipun tidak mendapatkan jawaban yang tegas tentang adanya pemaksaan suntikan Depo Provera terhadap para imigran wanita Yahudi Ethiopia, ACRI menganggap respon yag diberikan kementerian itu mengisyaratkan bahwa pemaksaan kontrasepsi itu benar-benar terjadi.
“ACRI mengganggap surat dari kementerian kesehatan ini sebagai pengakuan penting bahwa fenomena itu memang benar-benar terjadi,” kata Marc Grey jurubicara ACRI, dikutip Saudi Gazette (29/1/2013).
Saat ini terdapat lebih dari 120.000 imigran asal Ethiopia yang tinggal di negara Zionis Yahudi Israel.
Selama berabad-abad, Yahudi di Ethiopia dipangkas keterkaitannya dengan komunitas Yahudi di daerah lain, bahkan lembaga otoritas keagamaan Yahudi di Israel hanya menganggap mereka sebagai kelompok orang dari kepercayaan lain dan bukan Yahudi.*