Hidayatullah.com—Tiga orang Muslim yang ditangkap oleh aparat keamanan Burma sudah divonis hukuman penjara lebih dari sepuluh tahun, karena keributan ditoko mereka dianggap sebagai penyebab kerusuhan di Meikhtila, yang mengakibatkan sedikitnya 43 orang tewas, serta lebih dari 800 rumah dan banyak masjid terbakar.
Dua pemilik toko emas New Waint Sein dan seorang pegawainya hari Kamis (11/4/2013) divonis kurungan 14 tahun penjara oleh pengadilan, karena melakukan serangan berlebihan, perampokan, upaya untuk melukai orang, serta membantu dan mengajak orang untuk melakukan tindak kriminal, lapor kantor berita pemerintah hari Jumat (12/4/2103) yang dikutip The Irrawaddy.
Kepolisian Meikhtila hari Jumat mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa ketiga orang itu termasuk 70 orang yang dijadikan tersangka kerusuhan Meikhtila yang terdiri dari 28 warga Muslim dan 42 warga Buddhis.
“Sisanya masih dalam penyidikan,” kata salah seorang polisi. “Kami mungkin akan menangkap orang lagi.”
Menurut kotan The Mirror Jumat kemarin, ketiga warga Muslim itu dinyatakan bersalah menyerang pengunjung toko beragama Buddha di toko mereka saat terjadi pertengkaran di antara mereka pada 20 Maret lalu.
Menurut Reuters, Pertengkaran bermula ketika wanita Buddhis pengunjung toko itu menuduh pegawai toko Muslim itu mematahkan jepit emas yang akan dijualnya. Salah seorang pemilik toko kemudian menampar wanita itu, sementara tiga pegawainya memukuli suami wanita itu di luar toko, lapor Reuters yang mengutip keterangan para saksi yang tidak disebutkan agamanya.
Gerombolan orang warga Buddhis kemudian tiba di tempat kejadian dan mulai melempari toko Muslim beserta pemilik dan pegawainya dengan batu. Gerombolan warga Buddhis itu bahkan merusak toko tersebut dan toko-toko lain disekitarnya, lapor Reuters.
Kerusuhan pun kemudian meluas hingga ke 11 kota lain di wilayah Mandalay dan Pegu. Meikhtila termasuk wilayah administrasi Mandalay di Burma tengah.
Sebelum kerusuhan terjadi, biksu terkemuka U Wirathu diketahui menyampaikan pidato propaganda yang mengajak warga Buddhis memboikot Muslim dalam kehidupan sehari-hari, termasuk tidak berbelanja di toko-toko milik Muslim. Rekaman pidato itu banyak dijual bebas di jalanan di kota-kota di mana kerusuhan terjadi. [Baca juga berita sebelumnya: Pemerintah Burma Mengaku Tak Bertindak Atasi Propaganda Anti Muslim.]*