Hidayatullah.com—Presiden Amerika Serikat Barack Obama beberapa jam setelah terjadi ledakan di dekat garis akhir Maraton Boston langsung menetapkan insiden itu sebagai “serangan teroris”. Namun, jika dilihat dari kacamata lembaga keuangan yang menanggung resiko asuransi, ledakan bom itu tidak termasuk tindak terorisme.
Peraturan tentang jaminan asuransi terkait terorisme, Terrorism Risk Insurance Act, yang disahkan menjadi UU setelah peristiwa 9/11 yang menimbulkan kerugian USD40 milyar, membolehkan para pelaku bisnis untuk mengajukan program reasuransi sehingga mereka mendapatkan perlindungan atas kerugian yang diakibatkan serangan teroris.
Dalam pidatonya menanggapi bom Maraton Boston Selasa lalu, Presiden Obama menyebut “bom yang digunakan menarget warga sipil tak berdosa” sebagai aksi teror, termasuk bom di Boston itu.
Namun berdasarkan undang-undang di AS, kerusakan yang dialami sektor bisnis baru bisa memetik keuntungan dari program reasuransi, jika insiden tersebut telah ditetapkan sebagai “aksi terorisme” oleh Menteri Keuangan dan Kejakssan Agung serta Departemen Luar Negeri, kata laporan Wall Street Journal dikutip Russia Today (18/4/2013).
Agar lembaga-lembaga pemerintah itu bisa mengeluarkan penetapan suatu peristiwa sebagai “serangan teroris”, maka nilai kerugian yang ditimbulkan paling sedikit harus USD5 juta, tidak peduli apapun motif di balik serangan tersebut.
Sekitar 60 persen badan usaha telah membeli asuransi perlindungan dari serangan teroris. Namun, melihat kecilnya nilai kerusakan yang ditimbulkan bom panci tekan dalam Maraton Boston itu, reasuransi tersebut sepertinya tidak memberikan mereka ganti rugi.
Kedai Starbucks di Jalan Boylston 755, yang bersebelahan dengan lokasi ledakan bom, tidak mengalami kerusakan berat. Hanya beberapa kacanya yang pecah dan sebagian kerusakan struktur di bagian depan kedai, lapor Boston Globe. Kerusakan lainnya hanya dialami bagian depan toko di sekitar tempat kejadian perkara dan juga garis akhir maraton. Gereja Triniti yang terletak di sekitar TKP bahkan tidak mengalami kerusakan. Sebagian besar unit usaha di dekat TKP sudah membuka kembali usaha mereka pada hari Rabu lalu, sementara hanya beberapa saja yang masih tutup, itupun karena masih terkait penyelidikan polisi.
Randy Maniloff, seorang pengacara kawakan bidang asuransi di Philadephia mengatakan kepada WSJ bahwa istilah terorisme yang dipakai Obama kemungkinan digunakan karena kata itu secara umum bisa dipahami. Namun jika merujuk pada masalah asuransi serangan teroris, maka konklusi tentang peristiwa ledakan Maraton Boston itu akan berbeda.*