Hidayatullah.com—Media sosial menjadi alat bantu bagi wanita Saudi baik lulusan sekolah menengah maupun perguruan tinggi dalam pemasaran produk dan jasa yang mereka jual, lapor koran Al-Eqtisadiyah dilansir Saudi Gazette Rabu (23/9/2013).
Sejumlah wanita asal Jubail telah menggunakan situs media sosial yang diharapkan dapat membantu perkembangan usahanya dalam waktu dekat.
Model bisnis online itu memungkin para wanita di Saudi menjalankan usahanya, sambil menunggu diterima menjadi pegawai baik oleh lembaga pemerintah maupun swasta.
Contohnya, wanita pemilik Feminine Gallery yang merupakan seorang lulusan universitas. Dia menawarkan sepatu, tas, jam dan asesoris impor bermutu bagus dengan harga terjangkau. Dia mengaku sering mengikuti bazar dan pameran, tetapi pendapatannya masih belum mencukupi. Sambil mengembangkan usahanya di media online dia masih berharap bisa mendapatkan pekerjaan lain.
Demikian pula wanita pemilik toko Ratu, yang menawarkan perlindungan data elektronik bagi para wanita. Menurutnya, media online dapat membantu ekspansi pasar dibanding membuka toko di pusat perbelanjaan. Namun sayangnya, tokonya masih belum mendatangkan pemasukan yang mencukupi sehingga dia perlu mencari pekerjaan lain.
Hal serupa dialami Bashayer al-Masy’ari pemilik toko Al-Jubail, yang menjual tas, jam dan pakaian. Oleh karena pendaptannya kurang, wanita yang memanfaatkan Twitter dan WhatsApp dalam berdagang itu merasa perlu memiliki pekerjaan tetap.
Nasib agak baik dirasakan oleh Fatimah al-Hemaid. Perempuan lulusan computer programming itu memiliki toko Al-Jubail Soul, yang menawarkan jasa desain grafis dan bungkus kado. Dia mengaku menggunakan media sosial untuk menambah pemasukan bulanannya dan mencari peluang baru.
Wanita itu mengatakan sampai saat ini pemasukannya lumayan baik dan dia percaya jika usaha online itu ditekuninya, maka dia tidak akan memerlukan lagi pekerjaan di luar.
Jaringan di media sosial memberikan awal yang baik untuk menjalankan bisnis baru, katanya.
Meskipun perdagangan secara online sedang marak, sebagian pengusaha wanita itu menyatakan khawatir pembeli enggan membayar, terutama karena mereka tidak mendapatkan semacam garansi.*