Hidayatullah.com–Penipuan dan kekeliruan dituding sebagai penyebab pemerintah Inggris mengalami kerugian sekitar £16 miliar dari skema kredit darurat Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh komite keuangan publik parlemen Inggris hari Rabu (23/2/2022), yang menyebut kerugian masif itu “tidak dapat diterima”.
Akibat berbagai pembatasan yang diberlakukan untuk meredam penyebaran coronavirus, banyak pebisnis di Inggris terpaksa menghentikan sementara atau selamanya usaha mereka. Oleh karena itu, pemerintah meluncurkan program kredit kepada orang-orang atau perusahaan yang terganggu mata pencaharian atau usahanya.
Ketika skema itu akan diluncurkan, sejumlah menteri sudah memperingatkan bahwa pemberian kredit itu berpotensi besar disalahgunakan.
Terbukti, beberapa lama setelah program diluncurkan, sejumlah badan pemerintah melaporkan rentetan penipuan berskala besar, mulai dari coronavirus job retention scheme (CJRS) bagi pekerja yang dirumahkan, bounce back loan scheme (BBLS) untuk perusahaan kecil, dan coronavirus business interruption loan scheme (CBILS) untuk bisnis menengah.
Laporan dari badan pemantau kejahatan dan kepailitan menunjukkan sebagian pinjaman justru digunakan untuk berjudi, bermewah-mewah dan mempercantik rumah pribadi penerima kredit, lansir The Guardian Rabu (23/2/2/2022).*