Hidayatullah.com—Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton telah bertemu dengan para pemimpin Al-Ikhwan al-Muslimun Mesir guna membicarakan rekonsiliasi organisasi itu dengan pemerintah sementara dukungan militer.
Anggota senior Al-Ikhwan, Amr Darrag, hari Rabu (2/10/2013) mengatakan bahwa pertemuan tertutup itu membahas masalah kebuntuan politik di Mesir, namun menekankan rakyat Mesir harus mencari solusinya sendiri tanpa bantuan negara asing.
“Kami tidak menyampaikan pandangan pribadi kami kepada Ashton, melainkan pandangan dari seluruh rakyat. Rakyat Mesir terus turun ke jalan dengan tuntutan khusus dan bersikap menentang terhadap kebijakan-kebijakan saat ini. Peran kami adalah menyalurkan suara mereka,” kata Darrag dikutip Aljazeera.
Dalam kunjungannya selama tiga hari di Mesir itu Ashton dijadwalkan bertemua dengan para pejabat kunci pemerintah, termasuk Presiden Adly Mansour dan Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Fattah al-Sisi.
Dalam pernyataan yang dirilis kemudian, Darrag mengatakan bahwa tuntutan mereka adalah mengembalikan Muhammad Mursy ke jabatannya sebagai presiden Mesir.
Dia mengatakan, aliansi Anti-Kudeta menyerukan pemulihan jabatan presiden Mursy, konstitusi dan parlemen. Tetapi Al-Ikhwan tidak mengungkapkan tuntutan-tuntutan tersebut saat bertemu dengan Ashton.
Sementara itu Kementerian Luar negeri juga mengeluarkan pernyataan tentang pertemuan menteri sementara Nabil Fahmy dengan Ashton.
Kemenlu mengatakan, pertemuan keduanya membahas masalah-masalah regional dan tidak membahas tentang perkembangan politik Mesir saat ini, ataupun tentang rekonsiliasi dengan Al-Ikhwan.
Sejak digulingkan lewat kudeta militer tanggal 3 Juli lalu, Mursy ditahan oleh pihak angkatan bersenjata dan dikurung di tempat yang tidak diketahui. Dia dijerat dengan berbagai dakwaan, termasuk berkolaborasi dengan Hamas dalam pembobolan penjara yang ikut membebaskan dirinya di tengah-tengah revolusi rakyat menggulingkan Husni Mubarak dua tahun silam.*