Hidayatullah.com–Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif mendesak Presiden Barack Obama untuk mengakhiri serangan drone di Pakistan. Persoalan ini menjadi subyek yang peka pada saat hubungan antara kedua negara telah membaik setelah bertahun-tahun dalam kecurigaan terkait kampanye “Perang Melawan Teror” di Afghanistan yang dipimpin Amerika Serikat.
“Saya menyampaikan masalah drone ini dalam pertemuan kami, menekankan perlunya untuk mengakhiri … serangan seperti itu,” kata Sharif pada wartawan, setelah pertemuan dengan Obama di Ruang Oval, Gedung Putih, pada hari Rabu (23/10/2013).
Berkaitan dengan penarikan pasukan AS dari Afghanistan tahun depan, Obama berjanji untuk menjamin Sharif sepenuhnya dan bekerja sama untuk mencapai Afghanistan yang “stabil dan aman, serta kedaulatannya yang dihormati.”
“Saya yakin, melalui kerja sama, kita dapat mencapai tujuan yang baik untuk Afghanistan, sekaligus membantu melindungi Pakistan dalam jangka panjang,” kata Obama kepada wartawan di Kantor Oval, dilansir Al Jazeera.
Dalam pernyataan bersama, kedua pemimpin bersama-sama mendesak Taliban “untuk bergabung dalam proses politik dan masuk dalam dialog bersama pemerintah Afghanistan.”
Namun terhadap desakan Sharif agar mengakhiri serangan drone AS, yang telah membuat marah banyak warga Pakistan karena kedaulatan negaranya dilanggar, Obama tidak menjawab.
Presiden AS mengakui adanya ketegangan dan “kesalahpahaman” antara kedua negara. Kedua pemimpin telah berjanji untuk bekerja sama dalam isu-isu keamanan dengan cara “menghormati kedaulatan Pakistan”.
“Kami berkomitmen untuk bekerja sama dan memastikan bahwa ini tidak menjadi sumber ketegangan antara kedua negara kita, sebaliknya menjadi sumber kekuatan bekerja sama,” kata Obama.
AS diam-diam memulai lagi memberikan bantuan keamanan ke Pakistan, setelah sejumlah pembekuan selama periode hubungan yang tegang setelah serangan Navy SEAL pada 2011 yang menewaskan pemimpin al-Qaidah Usamah bin Ladin.
Amnesty International dalam satu laporan mengatakan Selasa, Amerika Serikat telah melanggar hukum internasional dengan membunuh warga sipil.
Ini menunjuk pada serangan bulan Oktober 2012 yang mengakibatkan seorang nenek berusia 68 tahun hancur berkeping-keping saat dia memetik sayuran.
Kelompok hak asasi menuduh Pakistan, di tengah protes masyarakatnya, masih saja berdiam diri dan tampaknya memberikan lampu hijau untuk serangan (drone) di daerah-daerah terpencil.*