Hidayatullah.com—Uskup Franz-Peter Tebartz-van Elst diperintahkan untuk meninggalkan keuskupannya di Limburg menyusul skandal kehidupan mewahnya.
Tebartz-van Elst memiliki tempat tinggal pribadi seharga 31 juta euro, dilengkapi bak mandi berharga 15.000 euro, furnitur senilai 380.000 euro dan taman berbiaya 783.000 euro. Namun dia sepertinya belum akan dapat menikmati istananya itu sebab hari Selasa (22/10/2013) Paus Fransiskus memberhentikannya sementara dari posnya sebagai uskup.
Dalam pernyataannya Vatikan mengatakan, Franz-Peter Tebartz-van Elst “tidak dapat menjalani tugasnya sebagai uskup” dan memutuskan untuk membiarkannya “di luar keuskupan untuk sementara waktu.”
Tebartz-van Elst dihujani kecaman sejak pembangunan rumahnya yang diekspos media dikabarkan menelan biaya hingga 31 juta euro awal bulan ini.
Dia juga sedang menghadapi tuntutan hukum akibat bersumpah palsu mengenai penerbangannya ke India yang menggunakan fasilitas kelas satu, terkait sengketanya dengan majalah Jerman Der Spiegel.
Keputusan final tentang nasib karir Tebartz-van Elst akan diputuskan setelah penyelidikan internal rampung dalam waktu dekat.
Di media-media Jerman spekulasi nasib rohaniwan petinggi gereja Katolik di Limburg itu masih diperbincangkan.
Hari Selasa (22/10/2013) mantan sekretaris Kanselir Angela Merkel di partai CDU, Heiner Geissler, kepada stasiun televisi ARD mengusulkan agar Tebartz-van Elst dipindah ke Afrika.
Seniman cahaya Oliver Bienkowski hari Ahad lalu memantulkan gambar karikatur Uskup Tebartz-van Elst ke kubah Gereja St Peter di Roma dengan tulisan “Thou shlat not steal”, mengutip perkataan dalam Bibel yang memerintahkan agar umat Kristiani tidak mencuri. Beinkowski menilai keputusan Vatikan yang hanya memberhentikan sementara Tebartz-van Elst tidak cukup. Vatikan harus mengambil keputusan yang lebih tegas.
Yuk bantu dakwah media BCA 1280720000 a.n. Yayasan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kunjungi https://dakwah.media/
Bienkowski juga mengatakan, “Pemisahan antara negara dengan gereja di Jerman masih belum cukup. Sekarang saatnya bagi para kritikus untuk meningkatkan suara mereka.”
Di Jerman pajak gereja dikumpulkan secara terpusat oleh negara, tetapi para pengkritik mengatakan bahwa gereja-gereja mengelola dana tersebut dengan transparansi yang sangat minim, lansir The Guardian.*